Teater Tandai Peluncuran Buku Memoar Pendiri Astra William Soeryadjaya
Buku memoar pendiri Grup Astra, William Soeryadjaya diluncurkan di Teater Taman Ismail Marzuki, Jakarta Rabu (12/6). Memoar ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia setelah tertunda 20 tahun lebih.
Memoar berjudul “Semangat Hidup dan Pasrah kepada Tuhan” ditulis almarhum Ramadhan KH. Buku setebal 487 halaman itu berisi perjalanan hidup William membangun Astra hingga berkembang seperti sekarang.
"Penyusunan memoar ini berawal dari keinginan besar ayah untuk menuliskan kisah William Soeryadjaya yang sangat dikaguminya," kata Gilang Ramadhan, putera kedua almarhum Ramadhan KH dalam keterangan yang dikutip Rabu (12/6).
Peluncuran buku diawali dengan penampilan teater berjudul “Om William Kita”. Teater menampilkan Verdi Solaiman sebagai William Soeryadjaya, Reza Rahadian sebagai Ramadhan KH, dan Happy Salma.
Penampilan teater didukung Agus Noor selaku sutradara, Gilang Ramadhan sebagai pengatur musik. Adapula Shahnaz Haque sebagai narator.
Usai pementasan teater, acara dilanjutkan dengan penyerahan buku. Penyerahan buku diseling dengan pidato dari keluarga William Soeryadjaya dan Ramadhan KH.
Dalam buku memoar, William Soeryadjaya bercerita tentang awal mula pembuatan mobil Toyota Kijang pada pertengahan tahun 1970-an. Ketika itu dirancang satu jenis kendaraan bermotor yang murah, biaya pemeliharaannya rendah, dan irit dalam pemakaian bahan bakar.
Dari gagasan ini lahirlah di Indonesia jenis kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS) yang muncul dengan berbagai merek. Sekitar lima merek KBNS yang muncul pada pertengahan dasawarsa 1970-an, hanya Toyota Kijang yang mampu bertahan dan berkembang.
Jenis kendaraan itu diperkenalkan untuk pertama kalinya kepada masyarakat Indonesia pada 9 Juni 1977. Hanya dalam waktu enam bulan sejak diperkenalkan, lebih dari 1.000 unit Toyota Kijang telah diproduksi dan hanya dalam waktu kurang dari dua tahun kemudian, unit yang ke-100 ribu dapat dicapai.
“Saya ingin Indonesia, yang sebenarnya kaya akan tanahnya, alamnya, iklimnya, dan penduduknya yang beragam etnis, bisa bersatu, maju, dan tak kalah dengan bangsa lain,” kata William dalam Memoarnya.