Kemenkes: Imunisasi Lebih dari Satu Jenis Vaksin Aman
Kementerian Kesehatan melalui Direktur Pengelolaan Imunisasi Prima Yosephine menyatakan pemberian imunisasi dengan lebih dari satu jenis antigen vaksin merupakan tindakan yang aman. Menurut Prima, Pemberian imunisasi yang dikenal dengan istilah imunisasi ganda dalam satu kunjungan tidak menyebabkan kematian langsung pada anak.
Justru, menurut dia, pemberian imunisasi ganda tersebut memberikan perlindungan ganda kepada anak. Ia merujuk rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), yang menyatakan imunisasi ganda aman dan memberikan manfaat yang sangat baik karena pelayanan imunisasi akan menjadi efisien.
Dalam imunisasi ganda, seorang anak akan segera terlindungi dari beberapa Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dalam satu kali kunjungan. Ia mengatakan suntikan imunisasi ganda sudah diterapkan di lebih dari 160 negara, tidak hanya di Indonesia saja. "Miliaran vaksin telah diberikan dengan cara imunisasi ganda di seluruh dunia," kata dia Sabtu (29/6/2024).
Informasi ini diberikan untuk meluruskan informasi simpang-siur yang beredar yang menyebutkan imunisasi lebih dari satu jenis antigen dapat menyebabkan kematian. Informasi tersebut beredar menyusul seorang bayi berusia 2 bulan 28 hari di Sukabumi yang meninggal paska imunisasi pada Selasa (11/6/2024).
Mengutip Antara, bayi tersebut meninggal tak lama setelah mendapatkan empat varian vaksin antigen di Puskesmas Sukakarya, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Saat itu, bidan menyuntikkan vaksin BCG, DPT dan memberikan vaksin tetes polio dan rotavirus.
Menurut Prima, imunisasi ganda telah diberikan secara nasional sejak 2017 yaitu pada jadwal imunisasi DPT-HB-Hib-3 yang diberikan bersamaan dengan imunisasi polio suntik Inactivated Poliovirus Vaccine/IPV pada bayi usia 4 bulan.
Selain itu, jadwal imunisasi ganda juga ada pada imunisasi lanjutan, yakni pada pemberian imunisasi campak rubella-2 dan DPT-HB-Hib-4 yang diberikan pada anak usia 18 bulan.
Ia menyebutkan kasus kematian akibat pemberian imunisasi sangat amat jarang terjadi (extremely rare). Apabila ditemukan kasus kematian setelah imunisasi, kata dia, semua kasus tersebut harus dilakukan investigasi dan kajian kausalitas– hubungan sebab akibat– secara detail dan menyeluruh.
Ia mengatakan mayoritas kasus kematian merupakan kejadian koinsidental– Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak disebabkan oleh vaksin maupun kesalahan prosedur.
Efek Syok Setelah Imunisasi
Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Hindra Irawan Satari mengatakan imunisasi ganda tidak menyebabkan kematian dan direkomendasikan sejak 2003.
Ia mengatakan hampir semua vaksin dapat diberikan secara ganda. "Pemberian lebih dari 3 jenis antigen tidak akan menyebabkan kematian," kata dia, mengutip siaran pers Kementerian Kesehatan, Sabtu (29/6/2024).
Menurut dia, efek yang muncul setelah imunisasi umumnya bersifat ringan, berlangsung singkat dan sembuh dengan atau tanpa pengobatan. Meskipun begitu, terdapat kondisi KIPI berat yang disebut dengan syok anafilaktik. "Reaksi anafilaktik akibat vaksinasi sangat jarang terjadi," kata dia.
Ia menjelaskan KIPI berat berupa syok anafilaktik menunjukkan gejala yang parah dan biasanya tidak berlangsung lama seperti kecacatan, yang timbul 30 menit setelag imunisasi. Kondisi ini memerlukan pertolongan yang cepat dan tepat.
Menurut dia, kasus anafilaktik sangat jarang terjadi dan mayoritas dapat menyebabkan kematian segera setelah pemberian imunisasi, biasanya dalam 30 menit pertama. Namun, ia menegaskan, kematian tersebut harus dibuktikan melalui investigasi dan kajian kausalitas yang mendalam atau menyeluruh.
Mengutip laman Badan Kesehatan Dunia (WHO) efek samping yang serius dari vaksin, termasuk reaksi alergi, sangat jarang terjadi. Kasus anafilaksis ditemukan pada 1,3 kasus dari 1 miliar dosis vaksin atau 1,3: 1 miliar.
Gejala anafilaksis itu mencakup gatal-gatal, kesulitan bernapas, atau pembengkakan pada tenggorokan, lidah, atau bibir. Jika tidak ditangani, reaksi ini dapat memburuk dan mengancam jiwa. Reaksi anafilaksis lebih sering terjadi akibat reaksi alergi terhadap makanan tertentu, obat-obatan antibiotik tertentu, dan gigitan serangga tertentu.
Syarat Imunisasi Ganda
Salah satu syarat utama yang wajib dipenuhi untuk memberikan imunisasi ganda adalah kondisi anak yang harus sehat. Sebab itu, skrining kesehatan anak diperlukan sebelum menerima vaksinasi.
Prima menjelaskan tidak ada perbedaan persyaratan kesehatan dalam pemberian imunisasi satu atau lebih antigen. "Imunisasi aman diberikan kepada anak sehat, tidak sedang sakit berat, dan tidak dalam kondisi imunokompromais/imunodefisiensi," kata dia.
Setelah mendapatkan imunisasi, bayi atau anak diminta untuk menunggu selama 30 menit untuk dipantau kemungkinan terjadinya KIPI. "Pemantauan KIPI berat dapat diketahui dalam 30 menit pertama, pemantauan selanjutnya dilakukan oleh orangtua, setelah diberi keterangan oleh tenaga kesehatan yang melakukan vaksinasi," kata dia.