Pemerintah Janji Tarik Investasi Tekstil Baru untuk Tampung Korban PHK
Kementerian Ketenagakerjaan melaporkan telah ada komitmen dari perusahaan lokal dan asing untuk membangun parbik tekstil baru di Indonesia. Kehadiran pabrik tekstil itu diharap dapat menyerap kembali para pekerja tekstil yang terdampak pengakhiran hubungan kerja (PHK).
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, tambahan pengadaan pabrik tekstil itu juga bertujuan untuk menaikkan jumlah produksi komoditas tekstil domestik. Harapannya, harga tekstil lokal bisa bersaing dengan barang tekstil impor.
"Iya ada pabrik baru. Pemerintah mendorong agar teman-teman yang terkena PHK di perusahaan tekstil bisa bekerja kembali di perusahaan tekstil baru," kata Ida di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (14/8).
Meski begitu, Ida tidak menjelaskan secara rinci ihwal jumlah pabrik teksil taranyar yang akan dibangun nantinya. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga tidak menguraikan identitas perusahaan yang telah berkomitmen membangun pabrik tekstil.
"Investasinya macam-macam, ada dari dalam dan luar negeri," ujar Ida.
Selain menambah jumlah produksi tekstil dalam negeri, pemerintah juga berencana untuk memperkuat kebijakan seleksi impor produk tekstil dari luar negeri. Dua langkah itu dipercaya dapat mengurangi ketergantungan pada produk impor sekaligus memperkuat produk dalam negeri.
"Dengan berbagai kebijakan yang akan dilakukan, kami berharap produk impor bisa dikurangi dan memasifkan produksi dalam negeri," kata Ida.
Gelombang PHK di industri tekstil ini merupakan rangkaian dari permasalahan yang dihadapi industri padat karya tersebut. Industri tekstil belum mampu pulih dari krisis akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan permintaan. Begitu pula dengan dampak konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan turunnya permintaan di negara-negara pembeli.
Pelemahan nilai tukar rupiah juga berperan besar dalam lesunya industri tekstil. Kondisi ini membuat ongkos belanja bahan baku menjadi lebih mahal. Belum lagi industri juga mesti bersaing dengan produk impor, terutama dari Cina. Melemahkan ekonomi global saat ini juga berdampak pada kinerja industri berorientasi ekspor kekurangan pesanan.
Lebih jauh, adopsi penggunaan teknologi di pabrik tekstil yang makin canggih kian menambah penggunaan mesin dan sistem otomatis untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja manual.
"Perusahaan tekstil juga membutukan penyesuaian-penyesuaian dengan kebutuhan teknologi dan perkembangannya," ujar Ida.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat terjadi PHK kepada 42.863 orang sejak Januari hingga Juni 2024. Dari angka tersebut, lebih dari 52% atau 22.356 orang merupakan buruh di sektor tekstil, garmen, dan alas kaki.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan ada empat industri tekstil baru yang saat ini beroperasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Satu di antaranya merupakan perusahaan tekstil global yang masuk ke dalam jajaran Fortune 500.
"Jadi tekstil bukan sunset industry. Salah satunya adalah Fortune 500," kata Airlangga saat menyampaikan sambutan peresmian pabrik bahan anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR Energy Material di KEK, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah pada Rabu (7/8).
Airlangga memperkirakan industri tekstil di KEK Kendal dapat menyerap tenaga kerja antara 4.000 hingga 7.000 orang per pabrik. Jumlah pekerja yang besar di setiap pabrik membuat kawasan tersebut menarik untuk investasi, terutama untuk industri padat karya yang memerlukan tenaga kerja dalam jumlah besar atau labor intensive.
"Masing-masing pabrik mempekerjakan 4.000 - 7.000 orang, jadi masih menarik untuk menarik labour intensive di KEK Kendal," ujar Airlangga.
Airlangga menjelaskan KEK Kendal berada di dalam Kawasan Industri Kendal (KIK). Adapun luas KEK Kendal saat ini yakni 36 ribu hektar (ha) atau sekira 46,7% dari wilayah KIK seluas 77 ribu ha. Di KIK sendiri terdapat tiga perusahaan tekstil asing, yakni PT. Dae Young Textile dari Korea Selatan, PT LTI asal Cina dan PT ET dari Taiwan.