BRIN dan IAEA Kembangkan Teknologi Nuklir untuk Permudah Riset Cagar Budaya

Ferrika Lukmana Sari
19 Agustus 2024, 12:57
nuklir
ANTARA/Sean Filo Muhamad
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito (kanan) dan Technical Expert IAEA Bum Soo Han (tengah) di Kantor BRIN, Jakarta, Senin (19/8/2024).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengembangkan teknologi nuklir untuk membantu mempermudah proses riset cagar budaya.

Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito mengatakan riset soal cagar budaya di Indonesia kaya akan warisan budaya dan erat dengan analisis yang perlu dilakukan secara akurat, guna menjaga nilai warisan budaya tersebut.

"Sehingga, dalam analisis artefak, cultural heritage, benda purbakala, dan lain sebagainya dengan teknologi ini, ada hal kemajuan yang bisa diketahui dengan mudah," kata Mego di Jakarta, Senin (19/8).

Beberapa hal yang dapat diungkap dengan teknologi nuklir seperti analisis perkiraan umur artefak, perkiraan tahun dibuatnya artefak. Kemudian hal lain yang bisa diketahui dengan mudah dan akturat dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional.

Menurut Mego, teknologi ini juga bisa menganalisis informasi yang belum diungkap lebih lanjut pada suatu artefak yang ditemukan. "Kami harapkan ini bisa memberi satu dampak positif, dalam konteks analisis dasar informasi di benda arkeologi itu sendiri," ujarnya.

Sinkronisasi Sinar X

Technical Expert IAEA, Bum Soo Han menjelaskan bahwa terdapat berbagai teknik identifikasi dalam  sebuah temuan artefak. Salah satunya dengan sinkronisasi sinar X, yang bisa membantu menemukan di mana dan kapan suatu artefak dibuat.

Selain itu, sambungnya, teknologi yang sama juga bisa membantu para arkeolog untuk memperkuat daya tahan sebuah artefak.

Han menekankan peran teknologi nuklir untuk mendisinfeksi suatu artefak dengan dampak minimum, yang juga membantu proses penyimpanan suatu artefak sehingga bisa disimpan untuk waktu yang lama.

"Di Asia, khususnya di Indonesia, banyak warisan budaya yang terbuat dari kayu atau kain yang bahannya mudah terdegradasi, sehingga hal ini memerlukan teknik khusus," kata Bum Soo Han.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...