Istana Tepis Isu Keretakan Usai Jokowi Curhat Ditinggalkan Ramai-Ramai
Istana angkat bicara soal kabar keretakan hubungan Presiden Joko Widodo dengan presiden terpilih Prabowo Subianto. Staf Khusus Presiden Juri Ardiantoro mengatakan isu ini upaya adu domba untuk mengganggu keberlanjutan pemerintahan.
Juri meminta pihak-pihak yang mengembuskan isu tersebut menghentikan penyebaran kabar retaknya hubungan Jokowi dan Prabowo. Ia mengatakan narasi tersebut merupakan spekulasi yang bisa memecah belah bangsa.
"Politik adu domba itu usang, sangat tidak disukai masyarakat kita." kata Juri dalam keterangan tertulis, Senin (26/8).
Juri mengatakan fokus utama Jokowi adalah menyiapkan pondasi kuat untuk memuluskan transisi pemerintahan. Jokowi juga memberikan kesempatan kepada Prabowo untuk menyusun agenda strategisnya.
"Presiden terpilih tegas menampik berbagai spekulasi, rumor, bahkan upaya yang bertujuan mengadu domba dengan Presiden Joko Widodo," kata Juri yang juga mantan anggota tim sukses Prabowo-Gibran ini.
Sebelumnya, Jokowi merasa ada pihak yang ramai meninggalkannya jelang masa jabatannya berakhir. Meski demikian, ia tak menyebut siapa nama pihak yang meninggalkannya tersebut.
Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam Kongres III Partai Nasdem di Jakarta, Minggu (25/8). Dalam kesempatan tersebut, Jokowi optimistis Nasdem tak menjadi pihak yang meninggalkannya.
"Biasanya datang ramai-ramai, begitu mau pergi ditinggal ramai-ramai. Saya yakin itu tidak (terjadi) dengan Bapak Surya Paloh.
Namun, Prabowo telah menepis kabar keretakan hubungannya dengan Jokowi. Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan isu tersebut adalah upaya adu domba.
Ia meminta tak ada lagi adu domba dalam perpolitikan Indonesia. Menurutnya, intelijen tak boleh digunakan untuk memata-matai lawan politik.
"Jangan pakai alat-alat yang dulu, cara-cara dulu, menginteli orang," kata Prabowo dalam Kongres ke-6 Partai Amanat Nasional di Jakarta, Sabtu (24/8).