Jokowi Kenang Faisal Basri Sebagai Figur Ekonom Kritis dan Berpengaruh
Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut berbelasungkawa atas wafatnya figur ekonom Faisal Basri pada Kamis (5/9). Jokowi mengenang sosok Faisal Basri sebagai seorang ekonom kritis dan mampu mengoreksi kebijakan pemerintah yang kurang baik.
"Innalillahi wa innailaihi rajiun. Saya dan seluruh warga masyarakat Indonesia mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya, wafatnya Bapak Faisal Basri," kata Jokowi dalam keterangan pers yang disiarkan oleh kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Jumat (6/9).
Jokowi pun memberikan penghargaan dan pujian terhadap Faisal Basri atas kontribusi dalam menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah dengan disertai data secara detail. Menurut Jokowi, tradisi tersebut merupakan hal bernilai yang memberikan dampak progresif bagi masyarakat dan negara.
Dia menegaskan, kontribusi Faisal Basri dalam bidang ekonomi dan kebijakan publik merupakan sesuatu yang sangat positif dan bermanfaat. "Beliau adalah seorang ekonom yang kritis, detail dalam menyampaikan data-data lapangan dan juga bisa mengoreksi kebijakan-kebijakan pemerintah yang kurang baik. Saya kira itu hal yang sangat bagus," ujar Jokowi.
Faisal Basri meninggal dunia pada Kamis pagi (5/9) di usia 65 tahun. Dia dikenal sebagai ekonom yang kritis terhadap berbagai kebijakan ekonomi pemerintah. Hal ini cukup beralasan karena Faisal merupakan seorang akademisi, politikus dan pendiri Institute For Development of Economics and Finance (Indef) pada 1995. Dia aktif di lembaga itu sampai tahun 2000.
Sosok yang memiliki nama lengkap Faisal Nur Fiqih itu merupakan lulusan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI). Keponakan dari mendiang Wakil Presiden Adam Malik itu lulus dari UI pada 1985.
Tak berhenti dari situ, Faisal melanjutkan pendidikan S2-nya lalu sukses meraih gelar Master of Arts bidang ekonomi di Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika pada 1988. Faisal bahkan sudah berkarir di bidang akademisi sejak 1981.
Kala itu, Faisal mulai mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI. Dia mengajar untuk mata kuliah ekonomi politik, ekonomi internasional, ekonomi pembangunan, dan sejarah pemikiran ekonomi. Faisal juga memberikan kontribusinya untuk pemerintahan.
Dia pernah menjadi anggota Tim Perkembangan Perekonomian Dunia pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN pada 1985 hingga 1987 dan anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden pada 2000.
Tak hanya di bidang ekonomi, dia juga berkarir di dunia politik dengan mendirikan Majelis Amanah Rakyat (Mara) yang merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional (PAN). Saat itu, Faisal mengemban tugas sebagai sekretaris jenderal periode 1998-2000.
Setelah keluar dari partai, Faisal memutuskan terjun ke dunia polik dan dengan menggandeng Biem Benyamin. Mereka berdua sepakat mencalonkan diri sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2011.
Faisal dan Biem mencalonkan dari melalui jalur independen namun tidak berhasil memenangkan Pilkada 2012. Kala itu, dia memiliki suara lebih sedikit dibandingkan Joko Widodo (Jokowi), Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid.