Pasang Surut Hubungan Prabowo - Megawati di Tengah Rencana Pertemuan

Ameidyo Daud Nasution
7 Oktober 2024, 16:06
megawati, prabowo, pdip, gerindra
Dok. PDIP
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat bertemu di kediaman Mega, di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Button AI Summarize

Rencana pertemuan presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri kian dekat terjadi.

Saat ini, baik PDIP dengan Gerindra tengah mengupayakan dua tokoh itu bisa bertemu dalam waktu dekat. Bahkan, Prabowo sendiri menyampaikan keinginannya untuk bertemu Megawati.

"Mudah-mudahan sebelum pelantikan," kata Prabowo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10).

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo mengatakan kakaknya telah menunggu dalam waktu lama untuk menggelar persamuhan.

"Prabowo sudah menunggu dua tahun, dua tahun," kata Hashim seusai menghadiri pelantikan Anggota DPR, MPR dan DPD RI 2024-2029 pada Selasa (1/10).

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP Puan Maharani mengungkapkan rencana pertemuan tengah dimatangkan. Ia memastikan pertemuan antara kedua tokoh itu akan digelar di tempat yang disetujui kedua pihak.

"Di tempat yang asyik. Tempat kan hanya tempat, yang pasti yang paling penting adalah pertemuan," kata Puan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (26/9).

Sepekan kemudian, Puan mengatakan menu nasi goreng berpotensi menjadi sajian pertemuan Prabowo-Megawati. Ini merujuk pada hidangan yang sama saat keduanya bertemu di kediaman Megawati, Teuku Umar, Jakarta pada 2019 lalu.

"Waktu itu Ibu Megawati yang memasak, Pak Prabowo sangat menyukai," kata Puan pada Kamis (3/10).

Kilas Balik Hubungan Prabowo-Megawati

Hubungan Prabowo dengan Megawati relatif baik meski tak selamanya bebas friksi. Kedua orang berada pada posisi berlawanan secara politik saat Orde Baru. Saat itu, Megawati memimpin PDIP, sedangkan Prabowo merupakan Danjen Kopassus sekaligus menantu Presiden Soeharto.

Setelah era Orde Baru berakhir, Prabowo hijrah ke Yordania. Megawati pada 2019 pernah bercerita ia sebagai Presiden RI pada 2003 menyelamatkan Prabowo yang dibiarkan stateless alias tak memiliki kewarganegaraan.

Saat itu, Megawati mengaku marah pada bawahannya karena status Prabowo dibiarkan terluntang-lantung. "Apapun juga, beliau manusia Indonesia," kata Mega pada 3 Desember 2019.

Prabowo akhirnya pulang dan bisa menjalani hari-harinya di Indonesia secara normal. Ia bahkan memasuki dunia politik dengan mengikuti konvensi Partai Golkar pada 2004.

Belakangan, ia hengkang dari partai yang diidentikkan dengan Orde Baru itu untuk membuat partai baru: Gerindra. Dalam perjalanannya, Prabowo dengan Megawati sempat berkolaborasi secara politik.

Keduanya maju sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2009. Namun, Megawati-Prabowo kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Meski kalah, kerja sama Megawati dengan Prabowo belum berakhir namun semakin kuat sebagai oposisi. Keduanya bahkan menandatangani Perjanjian Batu Tulis di Bogor, Jawa Barat pada 16 Mei 2009. Salah satu isinya, Megawati berkomitmen mendukung Prabowo dalam Pilpres 2014.

Tiga tahun kemudian, PDIP dan Gerindra memajukan dua nama yang akhirnya berkolaborasi dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta: Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Pasangan ini akhirnya memenangkan Pilgub Jakarta, mengalahkan inkumben Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli. PDIP dan Gerindra akhirnya menguasai ibu kota.

Pasang Surut

Namun, hubungan Prabowo dan Megawati merenggang pada 2014 usai PDIP memajukan Jokowi sebagai calon presiden. Gerindra saat itu meradang dan menyinggung komitmen Mega untuk mendukung Prabowo pada Pilpres 2014.

Akhirnya, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla bertanding melawan Prabowo yang bersanding dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. Jokowi-JK pun memenangi Pilpres 2014.

Jokowi dan MotoGP
Jokowi dan MotoGP (ANTARA/HO-Humas MGPA)

Kalah dalam pertarungan, Prabowo dan Gerindra memutuskan menjadi oposisi. Sedangkan PDIP yang dinakhodai Megawati menjadi pengusung utama pemerintahan Jokowi-Jk.

Lima tahun kemudian, Megawati kembali memberikan rekomendasi kepada Jokowi untuk maju lagi dalam Pilpres 2019. Kali ini, Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin kembali mengalahkan Prabowo, yang berpasangan dengan Sandiaga Uno.

Usai Pilpres 2019, Jokowi memutuskan untuk melakukan rekonsiliasi politik dengan Prabowo. Mantan Pangkostrad ini juga sempat bertemu Megawati di Teuku Umar untuk makan siang nasi goreng bersama.

Tak hanya itu, Mega juga mengundang Prabowo untuk hadir langsung dalam Kongres V PDIP 2019 di Bali. Saat itu, Megawati beberapa kali melontarkan canda ke Prabowo.

"Mas Bowo, makanya kalau nanti (maju).. tolong dekati saya ya," kata Megawati pada Kongres yang digelar pada 8 Agustus 2019. Mendengar pernyataan tersebut, Prabowo lalu berdiri dari tempat duduknya untuk memberikan hormat.

Dua bulan kemudian, Prabowo resmi bergabung dengan kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan. Beberapa kali, ia dan Megawati bertemu dengan Jokowi di Istana Kepresidenan.

Namun, tahun 2024, Prabowo dan Megawati kembali berbeda jalan politik. Kali ini, Prabowo menggandeng putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dalam Pilpres 2024. Pasangan ini berhasil mengalahkan jagoan PDIP dan Megawati yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Dampak dari Pilpres 2024, hubungan Megawati tampak renggang dengan Jokowi. Meski demikian, baik PDIP dan Gerindra menyebut hubungan Mega dengan Prabowo tetap baik.

"Karena tidak ada persoalan (antara) Ibu Mega dengan Pak Prabowo," kata Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto pada Minggu (6/10).

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...