Bahlil Beri Sinyal akan Jabat Lagi Menteri ESDM di Periode Pemerintahan Prabowo
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia memberikan sinyal terkait posisi dirinya di dalam kabinet pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang akan dilantik pada 20 Oktober nanti. Hal ini dikatakan Bahlil di hadapan para pelaku usaha migas pada Senin (7/10).
Bahlil mulai menjabat sebagai Menteri ESDM sejak 19 Agustus lalu, menggantikan Arifin Tasrif. Ia menyebut, jabatannya saat ini diibaratkan sebagai pemain pengganti karena hanya bekerja selama dua bulan.
“Menyangkut ke depan hanya tuhan dan yang punya kewenangan yang mengerti akan ditempatkan dimana. Tapi rasanya sih angin-anginnya masih seperti angin minyak, dan baunya masih bisa terlihat,” kata Bahlil dalam sambutan acara penghargaan sektor migas yang dipantau melalui siaran youtube pada Senin (7/10).
Bahlil menyampaikan, kedaulatan energi merupakan salah satu program kerja yang dicanangkan pemerintahan Prabowo-Gibran. Oleh sebab itu dia menyebut perlunya optimalisasi lifting migas di tengah tren penurunan kinerja produksi dalam beberapa tahun ini.
Dia menjelaskan, Indonesia pada akhir tahun 1990-an masih menjadi eksportir minyak. Ini karena kebutuhan dalam negeri hanya mencapai 600-700 ribu barel per hari (bph) tetapi produksinya mencapai 1,6 juta barel per hari atau bph.
Kondisi ini membuat Indonesia dapat mengekspor minyak sebanyak satu juta bph. Sektor ini pun menyumbang 40-50% bagi pendapatan negara saat itu.
“Tapi yang terjadi sekarang lifting kita terus menurun bahkan sekarang kurang dari 600 ribu bph dengan konsumsi satu juta bph. Kondisinya terbalik sekarang, jadi situasi ini yang membuat kita harus mengambil tanggung jawab semua,” ujarnya.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumisebelumnya memperkirakan sejumlah target untuk industri hulu migas berpotensi tidak tercapai. “Kami melihat untuk lifting minyak nanti akhir 2024 sekitar 595 ribu barel per hari (bph),” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam konferensi pers di Jakarta pada Juli lalu.
Angka prediksi ini hanya sekitar 94% dari target 635 ribu bph dalam anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2024. Dwi juga memprediksi bahwa lifting minyak akhir 2024 nanti tidak mencapai target work, program and budget (WPNB) yang disepakati.
Tidak hanya outlook akhir 2024, dalam kesempatan yang sama SKK Migas juga turut melaporkan kinerja lifting migas domestik pada semester pertama 2024 masih di bawah target. Lifting minyak bumi pada periode ini sebesar 576 ribu barel per hari atau 91% dari target yang ditetapkan dalam APBN.
Dwi mengatakan kinerja di bawah target ini disebabkan oleh gangguan yang terjadi di berbagai lokasi pengeboran. “Sehingga pengeboran lebih dari satu bulan tidak bisa dilakukan, kemudian ada beberapa keterlambatan kegiatan pengeboran yang mengakibatkan realisasi produksi minyak kita 576 ribu bph,” ujarnya.