Hakim Adukan Kecilnya Gaji Mereka ke DPR, Sebut 12 Tahun Tak Pernah Naik
Solidaritas Hakim Indonesia (SHI) mengadakan pertemuan dengan pimpinan DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Selasa (8/10). Koordinator SHI Rangga Lukita Desnata mengatakan pertemuan itu bertujuan untuk meminta keadilan bagi para hakim di Indonesia.
"Kali ini kami hanya masyarakat biasa yang disematkan gelar 'wakil Tuhan' yang melapor kepada wakil rakyat dalam hal meminta keadilan," kata Rangga.
Rangga mengatakan para hakim meminta keadilan lantaran tak ada peningkatan pendapatan sejak 12 tahun terakhir. "Baik gaji pokok maupun tunjangan jabatan." katanya.
Rangga mengatakan, para hakim merasa pengupahan mereka saat ini tak adil. Ia juga menyampaikan kekecewaan lantaran saat ini gaji hakim dilampaui oleh jabatan-jabatan tertentu PNS di satuan kerjanya.
"Pada saat pemerintahan di masa Presiden Soeharto tahun 1994, gaji hakim besarannya dua kali lipat dari gaji PNS biasa di pengadilan," kata dia.
Menurutnya, permintaan para hakim sejalan dengan tanggung jawab besar yang dipikul untuk menegakkan keadilan. Pendapatan juga dapat berimbas pada integritas para hakim.
Oleh karena itu, Rangga meminta pendapatan para hakim perlu diperhatikan. Ia mengatakan saat ini upah yang diterima hakim setara dengan uang jajan putra pesohor Raffi Ahmad, Rafathar, meskipun tak menjelaskan besaran uang jajan Rafathar.
"Kami tidak minta tinggi-tinggi seperti Komisaris Pertamina atau Direktur Bank Mandiri, (kami minta) kelayakan hidup, gaji kami saat ini itu bisa kayak uang jajan Rafathar tiga hari," kata Rangga.
Rangga mengungkapkan, penghasilan hakim saat baru diangkat sekitar Rp 12 juta. Rinciannya, gaji pokok sekira Rp 3 juta dan tunjangan jabatan Rp 8,5 juta.
"Setengahnya sudah kami kepada istri untuk biaya sekolah anak, untuk biaya makan sehari-hari, setengah lagi kami pegang berkisar Rp 6 sampai Rp 7 juta," kata dia.
Menurutnya, hakim juga memerlukan rumah hingga kendaraan. Ia khawatir dengan penghasilan tersebut, hakim tak bisa memenuhi kebutuhan itu.
"Kami cukup punya rumah yang sederhana, kami ngambil kredit rumah, bayar DP, misalnya Rp 50 juta, mesti kami kumpulkan lagi itu duit Rp 50 juta. Bayar per bulan Rp 2,5 juta, habis gaji kami," katanya.