Mengenal Akmil Magelang Tempat Menteri Jalani Pembekalan, Sejarah dan Pendidikan
Prabowo Subianto mengumpulkan seluruh anggota Kabinet Merah Putih di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah selama tiga hari, 24 hingga 26 Oktober 2024. Selama kegiatan para menteri, wakil menteri, dan pimpinan lembaga negara akan mengikuti berbagai kegiatan.
Bagi sebagai anggota kabinet, perjalanan ke Magelang menjadi pengalaman berbeda. Terlebih lantaran mereka berangkat menggunakan pesawat C-130J Super Hercules A-1340 milik TNI Angkatan Udara dengan waktu tempuh 60 menit.
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengatakan pengalaman naik Hercules memberi kesan berbeda. Ia bercerita, Menteri ATR/BPN Nusron Wahid yang duduk bersebelahan dengannya, tidak berhenti berzikir sepanjang perjalanan dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta hingga tiba di Yogyakarta.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani membagikan momen dirinya bersama dengan para menteri saat naik Hercules di akun Instagram @smindrawati. "Pesawat baru tercanggih yang dimiliki TNI Angkatan Udara dibeli dengan APBN #uangkita. Pesawat ini juga digunakan mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza Palestina. Bravo..!," demikian petikan keterangan foto Sri Mulyani.
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut pengalaman pertamanya naik pesawat Hercules penuh dengan ketegangan dan seru. "Pak Rosan, kita hidup serius sekali, penuh dengan ketegangan karena belum pernah naik Hercules," kata Erick saat bertukar obrolan dengan Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani di kabin pesawat Hercules.
Dari Yogyakarta, para menteri akan melanjutkan perjalan ke Akademi Militer di Magelang. Di sinilah mereka nantinya akan mendapat pengarahan langsung dari Prabowo. Selain itu, kegiatan juga akan diisi dengan berbagai kegiatan termasuk outbond.
Seperti apa profil Akmil Magelang yang akan dikunjungi oleh para anggota kabinet? Bagaimana situasi di sana?
Profil Akademi Militer (Akmil) Magelang
Akademi Militer (Akmil) merupakan institusi pendidikan yang bertujuan untuk membentuk perwira TNI Angkatan Darat. Sejarah berdirinya Akmil bermula dari pembentukan Militaire Academie (MA) Yogyakarta pada 31 Oktober 1945.
Merujuk laman resmi Akmil, akademi ini didirikan atas perintah Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo untuk mendidik para calon perwira setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada masa yang sama, berbagai sekolah perwira darurat didirikan di berbagai wilayah Indonesia, seperti Malang, Salatiga, dan Palembang,
Pada 1 Januari 1951, Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat (SPGi AD) dibuka di Bandung, yang kemudian pada 23 September 1956 berubah menjadi Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD). Di Bandung pula, Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD) didirikan pada 13 Januari 1951 untuk melatih lebih banyak perwira TNI AD.
Gagasan untuk membentuk Akademi Militer yang lebih terstruktur mulai muncul pada sidang parlemen tahun 1952. Setelah melalui berbagai proses, pada 11 November 1957, presiden pertama RI, Soekarno, meresmikan pembukaan kembali Akademi Militer Nasional (AMN) yang berkedudukan di Magelang.
Pada 1961, AMN di Magelang diintegrasikan dengan ATEKAD Bandung, menjadi satu institusi yang dikenal sebagai Akademi Militer Nasional, berlokasi di Magelang. Selama periode perkembangan akademi militer, pemerintah memutuskan menggabungkan seluruh akademi angkatan, termasuk Angkatan Laut (AAL), Angkatan Udara (AAU), dan Kepolisian (AAK) ke dalam satu sistem yang disebut Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI)
Pada 29 Januari 1967 Akabri di Magelang diresmikan menjadi Akabri Udarat, yang meliputi dua Akabri bagian di bawah satu pimpinan, yaitu Akabri Bagian Umum dan Akabri bagian Darat. Akabri Bagian Umum mendidik taruna TK-I selama satu tahun, termasuk Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka. Sementara itu, Akabri bagian Darat mendidik taruna Akabri Bagian Darat mulai TK-II sampai dengan TK-IV.
Pada 29 September 1979 Akabri Udarat berubah namanya menjadi Akabri Bagian Darat. Dalam rangka reorganisasi di tubuh ABRI pada 14 Juni 1984, Akabri Bagian Darat berubah menjadi Akademi Militer (Akmil) yang tetap berpusat di Magelang. Akmil menjadi institusi utama dalam mencetak perwira TNI AD yang memiliki sikap dan perilaku prajurit yang sesuai dengan Saptamarga serta kompeten dalam berbagai bidang militer.
Seiring dengan perubahan organisasi ABRI menjadi TNI pada tahun 1999, Akademi Militer pun menjalani penyesuaian. Akademi Kepolisian terpisah dari AKABRI, sementara tiga angkatan lainnya, yaitu TNI Angkatan Darat (AKMIL), TNI Angkatan Laut (AAL), dan TNI Angkatan Udara (AAU), tetap berada di bawah Akademi TNI.
Visi dan Misi Pendidikan Akmil Magelang
Akmil memiliki visi untuk menjadi Center of Excellence, yaitu lembaga unggulan yang dapat menghasilkan perwira TNI AD yang profesional, berkompeten, dan dicintai rakyat. Dalam mencapai visi tersebut, Akmil melaksanakan berbagai program, seperti meningkatkan kualitas pendidikan melalui validasi organisasi, pemenuhan materiil, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta optimalisasi kinerja satuan dalam pembinaan latihan taruna.
Program-program pendidikan di Akmil diarahkan untuk mencetak perwira yang memiliki kualitas kepemimpinan yang handal, kemampuan akademis yang tinggi, dan keterampilan fisik yang optimal. Hal ini bertujuan agar lulusan Akmil tidak hanya mumpuni dalam bidang militer, tetapi juga mampu menjadi pemimpin bangsa yang dicintai dan dihormati oleh masyarakat.
Pendidikan taruna di Akmil tidak hanya difokuskan pada aspek militer, tetapi juga mengintegrasikan pengetahuan akademis yang setara dengan program Diploma IV Pertahanan. Selain itu, Akmil juga memiliki misi untuk meningkatkan peran pengkajian dan pengembangan, serta melakukan pembinaan teritorial di wilayah sekitar pangkalan dan daerah latihan.
Pada perjalannya, Akmil tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan militer. Lembaga ini juga menjadi penyokong stabilitas pertahanan nasional dan pengabdian kepada masyarakat.
Lulusan Akademi Militer (Akmil) adalah perwira TNI Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Dua, sesuai dengan bidang atau cabang tugas mereka masing-masing. Mereka dibekali kemampuan dasar untuk memimpin pasukan setingkat komandan peleton. Selain itu, secara akademis, mereka memiliki kualifikasi setara dengan gelar Sarjana Strata-1 (S1) dan mendapatkan gelar Sarjana Terapan Pertahanan (S.Tr.(Han)).