Kanada hingga Belanda Siap Tangkap Netanyahu usai Putusan ICC
Sejumlah negara siap mengikuti putusan Pengadilan Kriminal Internasional atau ICC untuk menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika mengunjungi wilayah mereka. ICC sebelumnya mengeluarkan surat perintah penangkapan Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Kanada menyatakan siap mengikuti Putusan ICC karena merupakan salah satu pendiri pengadilan tersebut. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan penting bagi negaranya untuk ikut dalam hukum internasional.
"Ini adalah sesuatu yang telah kami serukan sejak awal konflik," kata Trudeau seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (23/11).
Spanyol juga memberikan sinyal akan menangkap Netanyahu usai putusan ICC. Wakil Perdana Menteri Spanyol, Yolanda Diaz mengatakan negaranya akan berpihak pada keadilan.
"Genosida rakyat Palestina tidak bisa dibiarkan begitu saja," katanya.
Netanyahu juga berpotensi ditangkap jika berada di wilayah yurisdiksi Irlandia. Perdana Menteri Irlandia, Simon Harris mengatakan langkah ICC adalah langkah signifikan menuju akuntabilitas atas kejahatan di Gaza.
"Pengadilan menunjukkan alasan yang masuk akal bahwa Netanyahu dan Gallant masing-masing memikul tanggung jawab pidana atas kejahatan yang dilakukan dalam perang di Gaza," kata Harris.
Belanda juga akan menangkap Netanyahu dan Gallant jika memasuki wilayah mereka. Menteri Luar Negeri Belanda Caspar Veldkamp mengatakan Belanda akan mematuhi surat perintah ICC, yang berkantor di Den Haag itu.
"Belanda menerapkan Statuta Roma seratus persen," katanya.
Negara lain seperti Swedia, Austria, Belgia, dan Slovenia juga siap mengambil langkah serupa. Mereka akan menangkap Netanyahu jika tiba di wilayah mereka.
Ketentuan penangkapan buron ICC ini diatur dalam Statuta Roma yang diadopsi tahun 1998 dan diikuti oleh 125 negara. Namun, tak semua negara yang meneken statuta itu siap mematuhi aturan.
Hungaria, salah satu penandatangan, memberikan sinyal tak akan mengikuti Putusan ICC. Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orbán menantang ICC dan akan mengundang Netanyahu untuk berkunjung.
"Tidak ada pilihan lain di sini: Kita harus menghadapi keputusan ini, dan hari ini saya akan mengundang Perdana Menteri Israel," kata Orban.
Sebelumnya, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan Gallant menyusul agresi pasukan militer Israel di Palestina. Keduanya diduga melakukan kejahatan perang di Gaza yang dilakukan sejak setidaknya 8 Oktober 2023 hingga 20 Mei 2024.
"Masing-masing bertanggung jawab secara pidana sebagai pelaku bersama atas kejahatan perang berupa kelaparan sebagai metode peperangan; dan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan, penganiayaan, dan perbuatan tidak manusiawi lainnya," tulis putusan ICC.
Sedangkan Netanyahu mengecam keputusan ICC sebagai tindakan kebencian dan diskriminasi terhadap orang Yahudi alias antisemit. Dia juga menyebut pengadilan ICC telah membuat hasil putusan yang bias dalam mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dirinya dan Yoav Gallant.