Pramono-Rano Unggul di Pilkada, Dinilai Ada Efek Anies hingga The Jakmania
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta nomor urut 03 Pramono Anung-Rano Karno masih unggul dalam penghitungan suara Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Jakarta. Pakar mengatakan ada dua faktor utama yang membuat perolehan suara Pramono-Rano mengungguli dua kompetitornya.
Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati mengatakan komponen utama itu adalah dukungan terbuka dari Anies Baswedan dan pengaruh Rano Karno yang dinggap sebagai representasi dan keterwakilan warga etnis Betawi di Pilgub Jakarta.
Wasisto beranggapan, dukungan terbuka Anies kepada Pramono-Rano ikut menjaring para pemilih Anies di pemilihan presiden (Pilpres) untuk memilih pasangan yang didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat perolehan suara Anies-Muhaimin Iskandar memeroleh 2,65 juta suara di Jakarta pada pilpres februari lalu. Torehan ini beda tipis dari 2,69 juta suara yang didapatkan oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Dukungan Anies dan sosok Rano Karno menjadi faktor penentu yang membuat Pramono-Rano mampu mengungguli perolehan suara RK-Suswono," kata Wasisto saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Selasa (3/12).
Di sisi lain, kata Wasisto, dukungan dari 12 partai politik (parpol), Presiden Prabowo Subianto, dan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) tak mampu untuk mengerek suara pasangan RK-Suswono.
Dia menyebut, dukungan dari dua elit politik nasional itu tidak revelan untuk menarik minat warga Jakarta yang cenderung kritis dan terbuka atas akses informasi. Menurut Wasisto, pemilih Jakarta, terutama Anak Abah kerap diasosiasikan sebagai oposisi pemerintah saat masa kepemimpinan Jokowi.
"Masyarakat Jakarta lebih heterogen dan justru berpihak kepada calon yang dianggap alternatif," ujar Wasisto.
Hasil quick count Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatat pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno unggul dengan suara 51,03%. Torehan ini mengacu pada quick count SMRC dengan data masuk 100% dari data total suara.
Urutan kedua ditempati oleh paslon nomor urut 1 Ridwan Kamil (RK) - Suswono dengan 38,8% dan posisi terendah paslon nomor urut 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana dengan 10,17%.
Peran The Jakmania
Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama, mengatakan faktor kemenangan Pramono-Rano juga ditentukan oleh sikap suporter Persija, The Jakmania. Virdi mengaku sempat melakukan wawancara terhadap lima pimpinan The Jakmania di lima kotamadya di Jakarta, kecuali Kepulauan Seribu.
Menurut Virdi, sikap The Jakmania di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Utara cenderung punya sentimen negatif terhadap RK-Suswono.
"Mereka beranggapan Ridwan Kamil terlalu banyak gimik. Apabila kampanye mereka lebih mengarah kepada perbaikan stadion bagi Persija mungkin responsya lebih baik," kata Virdi lewat sambunga telepon, Selasa (3/12).
Dari hasil wawancara kepada pimpinan The Jakmania di lima kotamadya, total anggota The Jakmania ditaksir menyentuh angka 100 ribu. Jika mengacu pada hitungan kasar soal tingkat partisipasi memilih warga Jakarta terhadap Pilgub Jakarta yang berada di kisaran 50%, maka The Jakmania yang memberikan suara kepada Pramono-Rano sejumlah 50 ribu.
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatat tingkat partisipasi memilih warga Jakarta terhadap Pilgub Jakarta tahun ini berada di kisaran 57,78%. Angka ini merosot dari capaian partisipasi pemilih saat Pilgub Jakarta 2017 yang mencapai 78%.
Adapun jumlah daftar pemilih tetap (DPT) dalam Pilgub Jakarta tahun ini sebanyak 8,21 juta orang. Jika mengacu pada hitungan SMRC, total warga Jakarta yang menggunakan hak pilihnya hanya sekira 4,74 juta orang.
"Mereka klaim bahwa 80% suara The Jakmania dari 50% partisipasi warga Jakarta memilih Pramono-Rano," ujar Virdi.