Puncak Musim Hujan Diramal hingga Februari, Sejumlah Daerah Masuk Siaga Bencana
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia, Dwikorita Karnawati, mengatakan Indonesia sedang menghadapi sejumlah fenomena cuaca yang dapat memicu bencana hidrometeorologi. Fenomena tersebut salah satunya adalah musim hujan yang diperkirakan mencapai puncaknya pada Januari dan Februari.
“Kami minta semua pihak tetap waspada, terutama menghadapi potensi hujan lebat dan banjir yang dapat terjadi akibat cuaca ekstrem,” ujar Dwikorita dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (6/1).
Dwikorita mengatakan, fenomena yang tengah terjadi, meliputi pengaruh monsun Asia yang membawa angin dan uap air, serta fenomena gelombang ekuator yang berpotensi memperburuk kondisi cuaca di Sulawesi Selatan.
Selain itu, suhu perairan yang semakin menghangat juga memperburuk pembentukan awan hujan, berisiko menyebabkan curah hujan yang sangat tinggi, khususnya di wilayah seperti Makassar, Bone, dan sekitarnya.
Untuk itu, ia mengingatkan masyarakat terkait dengan potensi gelombang tinggi di perairan Sulawesi Selatan yang dapat membahayakan nelayan.
“Gelombang bisa mencapai satu setengah meter, terutama di Selat Makassar dan perairan sekitar Pulau Selayar. Kami harap para nelayan mempersiapkan diri dan menghindari kegiatan di laut saat kondisi buruk,” ujarnya.
Dia mengatakan, BMKG juga mengingatkan pentingnya upaya mitigasi, seperti peringatan dini terkait cuaca ekstrem, serta penanggulangan banjir dan tanah longsor, terutama di daerah-daerah dengan potensi tinggi.
Sejumlah daerah seperti Makassar, Maros, dan Bone telah dimasukkan dalam kategori siaga, di mana curah hujan diperkirakan mencapai 100 mm dalam satu hari, yang berpotensi menyebabkan banjir.
“Informasi tentang potensi cuaca ekstrem dan bencana bisa didapatkan melalui aplikasi BMKG yang dapat diunduh di ponsel. Dengan informasi yang cepat dan akurat, kita semua dapat lebih siap dalam menghadapi bencana,” tutupnya.