Menko Airlangga Sebut Penurunan Suku Bunga BI Bisa Cegah Modal Asing Kabur


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai positif langkah Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% pada awal 2025. Menurut Airlangga penyusutan suku bunga acuan BI sejalan dengan inflasi domestik yang relatif rendah di level 1,55% pada November dan 1,57% pada Desember lalu.
Airlangga menjelaskan bahwa jika suku bunga tidak diturunkan, maka biaya pendanaan atau cost of fund akan tetap tinggi. Tingkat suku bunga yang tinggi bisa membuat biaya pinjaman menjadi mahal yang dapat menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
“BI Rate turun adalah baik sekali. Kalau kita lihat, inflasi kita kan rendah 1,55. Maka memang cost of fund kalau bunganya gak turun, ketinggian,” kata Airlangga saat ditemui di sela-sela Penutupan Musyawarah Nasional Konsolidasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Hotel Ritz Carlton Jakarta pada Kamis (16/1).
Lebih jauh, Airlangga juga menyoroti langkah BI yang menahan penurunan suku bunga acuan beberapa waktu lalu. Dia menyebut keputusan BI cenderung menunggu kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS).
Airlangga menyebut langkah itu sebagai strategi untuk mencegah terjadinya pelarian modal atau capital flight investasi asing yang dapat memicu depresiasi rupiah.
“Kemarin BI menahan penurunan karena menunggu Amerika Serikat, karena kita rate-nya itu tidak lebih rendah dari Amerika, terutama untuk mencegah tidak terjadi capital flight,” ujarnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya turut menjelaskan alasan di balik keputusan memangkas BI-Rate sebagai tanggapan atas kebijakan fiskal AS dan arah suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang kini lebih jelas setelah sebelumnya penuh ketidakpastian.
"Arah kebijakan AS terkait defisit fiskal dan kemungkinan suku bunga The Fed turun sekali sebesar 25 bps sudah kami perhitungkan," kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (15/1).
Selain faktor eksternal, inflasi domestik yang rendah turut mendukung langkah ini. Tingkat inflasi di Indonesia berada di bawah target 2,5% plus minus 1% dan diperkirakan tetap terkendali dalam dua tahun ke depan.
Dengan inflasi yang terkendali, BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga. Perry juga menegaskan bahwa nilai tukar rupiah saat ini relatif stabil dan sejalan dengan fundamental ekonomi, meski ketidakpastian ekonomi global tetap memberikan tekanan.