Gerindra Respons Demo Indonesia Gelap: Kaget atas Kebijakan Prabowo

Ringkasan
- Aksi "Indonesia Gelap" dipandang sebagai respons kekagetan atas kebijakan Presiden Prabowo Subianto, baik di kalangan masyarakat maupun internal pemerintah.
- Penghematan anggaran menjadi pemicu kekagetan karena sebelumnya birokrasi terbiasa dengan pengetatan yang longgar.
- Terlepas dari kekagetan, Presiden Prabowo diyakini memiliki rencana jangka panjang yang diungkapkan dalam pidatonya.

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra sekaligus Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Muzani menilai aksi 'Indonesia Gelap' merupakan bentuk kekagetan atas kebijakan Presiden Prabowo Subianto.
"Ini baru tahap awal, sehingga menimbulkan kekagetan. Dan seringkali reaksinya berlebihan dan kontraproduktif. Tetapi sebagai sebuah reaksi, saya kira itu boleh saja," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/2).
Muzani mengatakan, kekagetan tak hanya terjadi di masyarakat. Di dalam internal pemerintah pun terjadi respons serupa karena penghematan anggaran.
"Sekian lama birokrasi bergerak dengan pengetatan yang relatif longgar. Kemudian sekarang ada penghematan anggaran, sehingga itu menimbulkan kekagetan-kekagetan itu," kata dia.
Muzani mengatakan kekagetan itu bisa menimbulkan salah paham di tengah masyarakat. Namun, dia mengatakan Prabowo mempersiapkan rencana jangka panjang.
"Pemerintah tetap bertekad dengan rencana awal, bahwa seperti pidato Pak Prabowo, seluruh jutaan semua sudah mengetahui, rencana itu adalah rencana yang dimaksudkan untuk jangka panjang," kata Muzani.
Sebelumnya, ratusan mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar long march dari Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini menuju Patung Kuda, Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (17/8).
Mereka menggelar demonstrasi dengan tema "Indonesia Gelap". Aksi didasarai kebijakan efisiensi yang diterapkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.