Eks Kepala BPIP Kritik Pemberian Bintang Mahaputera oleh Prabowo: Bros Politik
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) periode 2018, Yudi Latif, menyampaikan kritik terhadap langkah Presiden Prabowo Subianto yang memberikan tanda jasa Bintang Mahaputera kepada ratusan tokoh dan pejabat negara di Istana, Jakarta, Senin (25/8).
Yudi Latif beranggapan Bintang Mahaputera saat ini sudah kehilangan nilai sakralnya. Ia mengganggap penghargaan tersebut kini lebih sering dipakai sebagai alat politik atau souvenir kekuasaan.
Yudi menilai hal tersebut sebagai ironi karena penghargaan tersebut diberikan kepada orang yang baru diangkat menjadi pejabat dan belum membuahkan karya berarti.
“Bintang Mahaputera, yang dulu dipersembahkan untuk para pemikul beban republik, kini kerap jatuh menjadi sekadar bros pesta politik. Ia tidak lagi dipakai untuk menandai pengabdian kepada negara, melainkan untuk menandai kesetiaan pada seorang,” tulis Yudi dalam unggahan di media sosial Instagram @yudilatif_official pada Selasa (26/8).
Menurut Yudi Latif, pemberian Bintang Mahaputera dulu diberikan sebagai penghargaan tertinggi negara kepada mereka yang benar-benar berjasa bagi bangsa. Ia menyebut nama tokoh-tokoh seperti Jenderal Soedirman, Mohammad Natsir, dan Ki Hajar Dewantara yang mendapatkan penghargaan.
Tiga nama yang disebut oleh Yudi yakni Jenderal Soedirman, sosok panglima gerilya yang memimpin perang mempertahankan Republik meski kondisi kesehatannya menurun.
Kemudian Perdana Menteri Mohammad Natsir yang dengan Mosi Integral menyatukan kembali Indonesia dalam bentuk NKRI, serta Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional.
“Bintang Mahaputera, sejak mula, diciptakan sebagai mahkota kenegaraan: tanda bahwa Republik tahu cara menghormati putra bangsa terbaik,” ujarnya.
Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan-Indonesia itu juga menilai bahwa tanda Bintang Mahaputera sebagai penghargaan tertinggi negara telah turun derajat dari simbol pengorbanan abadi menjadi sekadar aksesoris politik sesaat.
“Dan rakyat pun tahu, meski tak selalu bersuara: bintang yang dulu abadi kini hanya sekadar lampu sorot sesaat, sekadar bros yang tersemat di dada, kehilangan kemilau aura sejatinya,” yulis Yudi Latif.
Prabowo sebelumnya menganugerahkan tanda jasa dan tanda kehormatan kepada 141 penerima yang berasal dari pejabat negara hingga individu non pemerintahan.
Penganugerahan tanda jasa medali ini merupakan rangka memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan RI. Pemberian medali berlangsung di Istana Negara, Jakarta pada Senin (25/8).
Medali kehormatan diberikan kepada Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan Wiranto, pemain film Christine Hakim, Ketua Badan Pelestarian Pusaka Hashim Djojohadikusumo hingga pengusaha Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam.
Nama lain yang mendapatkan gelar adalah Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, hingga pengusaha Maher Al Gadri.
