Wamenhan Donny Ermawan: Perang Baru Narasi dan Hukum Perlu Diwaspadai

Ade Rosman
24 September 2025, 20:54
wamenhan, narasi, hukum
Katadata
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Republik Indonesia Donny Ermawan Taufanto mengingatkan agar semua pihak selalu waspada dan tidak terpecah belah oleh berbagai upaya terstruktur eksternal untuk mengganggu kedaulatan bangsa Indonesia.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Republik Indonesia Donny Ermawan Taufanto mengingatkan agar semua pihak selalu waspada dan tidak terpecah belah oleh berbagai upaya terstruktur eksternal untuk mengganggu kedaulatan bangsa Indonesia. 

Pernyataan itu disampaikan Donny saat membuka diskusi publik bertajuk ‘Defence Intellectual Community: Memperkokoh Narasi dan Tatanan Negara untuk Kedaulatan dan Kesejahteraan Bangsa’ yang berlangsung di Jakarta, Rabu (24/9).

Diskusi ini digagas Universitas Pertahanan, Aliansi Cendekia Tagaroa, dan President Club. Ia menyinggung ancaman terhadap kedaulatan Indonesia saat ini hadir tidak hanya dalam bentuk agresi militer, namun juga narasi dan hukum, atau dikenal dengan sebutan narrative and legal warfare (NLW).

“Di bidang kesejahteraan dan ekonomi, NLW menargetkan komoditas strategis yang dilindungi dalam UU Perkebunan, seperti kelapa sawit dan tembakau, selain juga produk-produk pertambangan. Padahal, komoditas-komoditas tersebut menopang pendapatan negara dan penting bagi penyediaan lapangan kerja. Di bidang politik negara, yang kerap diserang adalah institusi yang bertanggung jawab menjaga kedaulatan negara,” kata Wamenhan Donny. 

NLW Menyerang Ketahanan Ekonomi Negara

Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menegaskan, isu-isu seputar komoditas strategis nasional kerap menjadi bagian dari kontestasi global.

“Persaingan antarnegara saat ini bukan lagi soal ideologi, tapi pasar. Serangan NLW terhadap ketahanan ekonomi negara menargetkan komoditas strategis, seperti kelapa sawit dan tembakau, merupakan bentuk neokonalisme atau penjajahan baru,” kata dia.

Padahal, komoditas-komoditas tersebut berkontribusi signifikan bagi pemasukan negara dan penyerapan tenaga kerja. Hikmahanto menyebut pasar berkorelasi dengan lapangan kerja dan lapangan kerja berkorelasi dengan kesejahteraan. 

“Kesejahteraan itulah yang mendorong negara berkembang pesat,” kata Hikmahanto.

Mantan Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji mengatakan, dalam menghadapi NLW tidak bisa hanya mengandalkan perhitungan ekonomis. Perlu fondasi kuat dari jati diri bangsa yang tercermin di dalam nilai-nilai Pancasila.  

Untuk menangkal dampak negatif NLW, Wamenhan Donny mengingatkan konsep Defence Intellectual Management (DIM) yang berasal dari Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, yaitu pelibatan intelektual Indonesia yang sadar akan pentingnya kedaulatan negara. 

“Kompleksitas permasalahan NLW yang dihadapi negara saat ini tidak cukup dihadapi hanya dengan alat utama sistem persenjataan modern atau organisasi militer canggih. Kita membutuhkan kemampuan DIM agar tercipta kapasitas adaptif yang mampu merespons berbagai tantangan nirmiliter yang semakin canggih,” kata Donny. 

Serangan Berbasis Narasi Memanfaatkan Isu Global

Senada dengan Wamenhan Donny, Staf Khusus Bidang Tata Negara Kementerian Pertahanan RI Kris Wijoyo Soepandji menekankan serangan berbasis narasi ini memanfaatkan isu-isu global untuk melemahkan posisi Indonesia di kancah internasional. 

“Sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, kita jangan terpecah belah dengan isu seperti seperti HAM dan lingkungan, hingga mengorbankan kedaulatan negara,” kata Kris. 

Untuk menghadapi hal itu, dialog ini menekankan pentingnya penerapan Defence Intellectual Management (DIM), menjadi sebuah kesadaran bersama. Hal ini dilakukan melalui pendekatan Defence Intellectual Community, sehingga terbangun imunitas bangsa dari serangan nirmiliter yang mengandalkan kekuatan intelektual multidisiplin. 

Dekan Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan Dr. Oktaheroe Ramsi, menyatakan pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat, khususnya kalangan akademisi dan praktisi hukum perlu mengkonsolidasikan diri dalam menghadapi NLW. 

Secara umum, diskusi publik ini turut dihadiri tokoh lintas sektor, termasuk akademisi, praktisi hukum, dan perwakilan legislatif. Perbincangan berjalan dinamis dalam menyoroti pentingnya membangun narasi penyeimbang berbasis data, hukum, maupun kepentingan nasional untuk memperkuat posisi Indonesia di tengah berbagai dinamika geopolitik.

Melalui dialog publik ini, diharapkan berbagai lapisan masyarakat di Tanah Air semakin sigap memperkokoh narasi dan sistem hukum nasional, sehingga dapat menjaga kedaulatan sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ade Rosman

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...