Pidato Prabowo di PBB Dianggap Bisa Jadi Magnet Investasi

Muhamad Fajar Riyandanu
24 September 2025, 20:30
Prabowo, PBB, diplomasi
Katadata/Fauza Syahputra
Katadata Policy Dialogue (KPD) "Presiden Prabowo di Panggung PBB: Apa Pentingnya?" menampilkan sejumlah narasumber, termasuk Tenaga Ahli Komunikasi Pemerintah Hamdan Hamedan, Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aviliani, Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah, dan Pengamat Politik Rizal Mallarangeng.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Diplomasi internasional yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto melalui pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat berpotensi menarik investasi sekaligus mengerek pertumbuhan ekonomi domestik.

Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Aviliani, menilai Indonesia kini berada pada posisi strategis sebagai negara berkembang dengan potensi pertumbuhan ekonomi tinggi.

Hal ini sejalan dengan perubahan tren global yang melihat peran negara maju mulai menurun akibat populasi yang menua. Di sisi lain, negara berkembang justru menunjukkan pertumbuhan pesat berkat demografi yang lebih muda.

Aviliani menjelaskan, kondisi demografi suatu negara menjadi salah satu faktor krusial yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Ini karena jumlah penduduk usia produktif memengaruhi konsumsi dan investasi.

“Demografi sangat menentukan bagaimana perekonomian itu tumbuh, makanya kalau kita lihat yang bisa tumbuh 4-5% ke atas itu adalah negara berkembang. Negara-negara maju cenderung hanya sampai 2-3%,” kata Aviliani saat menjadi pembicara di Katadata Policy Dialogue bertajuk Presiden Prabowo di Panggung PBB: Apa Pentingnya?' yang digelar di Kantor Katadata, Blok M, Jakarta Selatan pada Rabu (24/9).

Menurutnya situasi sejumlah negara maju kini mengalami pertumbuhan konsumsi yang lambat akibat populasi menua, sehingga investasi juga cenderung menurun. Sebaliknya, negara-negara berkembang masih memiliki permintaan domestik yang kuat dan peluang investasi tinggi.

“Tidak ada orang yang mau berinvestasi ketika konsumsi turun. Nah, sekarang tinggal bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah itu bisa membuat investor tertarik masuk ke Indonesia,” ujarnya.

Aviliani menekankan posisi Presiden Prabowo kini semakin diperhitungkan di kancah internasional usai berpidato di Markas PBB pada 23 September kemarin. Hal tersebut dinilai juga ikut menempatkan Indonesia pada posisi strategis untuk menarik investasi dan kerja sama global.

“Pak Prabowo sekarang di mata dunia sangat diperhitungkan. Jadi, sebenarnya ini momentum baik. Kalau orang sudah dipercaya, mau minta apa saja pasti bisa,” ujarnya.

Menurut Aviliani, momentum ini idealnya bisa dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Indonesia. Namun, ia menekankan keberhasilan Prabowo di kancah internasional harus diimbangi dengan kesiapan domestik, terutama dari aspek birokrasi maupun perizinan berusaha.

Birokrasi yang lambat dan prosedur yang rumit dinilai masih menjadi tantangan utama bagi Indonesia dalam memaksimalkan peluang global. “Jangan sampai sudah dipercaya, ketika investor masuk ke Indonesia, banyak persoalan yang mereka akhirnya tidak jadi. Birokrasi ini menjadi masalah dari tahun ke tahun,” kata Aviliani.

Aviliani menilai, momentum saat ini perlu dibarengi dengan upaya reformasi birokrasi guna menangkap peluang bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. “Apakah bisa (Indonesia) tumbuh 8%? Sebenarnya bisa, hanya saja kita harus tahu investasi apa yang mau kita prioritaskan,” ujar Aviliani.

Negara berkembang seperti Indonesia masih memiliki permintaan domestik yang tinggi dan kebutuhan investasi yang besar. Dengan pengelolaan dan birokrasi yang tepat, masuknya investasi bisa mendorong perekonomian nasional tumbuh lebih cepat nantinya. “Apakah pertumbuhan masih bisa tumbuh 8%? Masih mungkin untuk negara berkembang,” kata Aviliani.

Piala Dunia Diplomasi

Forum diskusi tersebut juga menghadirkan Hamdan Hamedan, Tenaga Ahli Utama Badan Komunikasi Pemerintah. Ia menggambarkan forum Sidang Majelis Umum PBB sebagai ‘Piala Dunia Diplomasi’, di mana kepala negara maupun kepala pemerintahan hadir untuk membawa solusi global.

Menurut Hamdan, Prabowo di Sidang Umum PBB menekankan pentingnya multilateralisme, ketahanan pangan, dan aksi nyata terhadap perubahan iklim sebagai bagian dari peran global Indonesia di kancah internasional.

Hamdan menyebut isi pidato yang disampaikan oleh Prabowo mendapat simpati positif dari para peserta sidang yang hadir. “Kalau kita lihat Sidang Umum PBB itu seperti piala dunia diplomasi. Kepala pemerintahan dan kepala negara hadir, bukan untuk melihat siapa yang mencetak gol paling banyak, tapi yang datang dan bisa membawa solusi,” ujarnya.

Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, menilai Prabowo dalam pidatonya di Sidang Umum PBB menunjukkan komitmen yang baik dalam mendukung perdamaian dunia. "Komitmen Pak Prabowo sudah oke, bahkan berani mengirim personel perdamaian. Yang belum disampaikan adalah langkah selanjutnya, yakni agenda reformasi PBB," tuturnya. 

Rezasyah menyebut Indonesia memiliki posisi strategis, terutama karena peran aktifnya dalam diplomasi multilateral dan kontribusinya di berbagai misi perdamaian internasional. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...