BGN Tetap Akan Gunakan Makanan Ultra-Proses atau UPF di Dalam Menu MBG

Ade Rosman
1 Oktober 2025, 17:12
Wali murid membagikan ompreng berisi makanan kepada siswa di SDN Pejaten Barat 1 Pagi, Jakarta, Selasa (30/9/2025).
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/tom.
Wali murid membagikan ompreng berisi makanan kepada siswa di SDN Pejaten Barat 1 Pagi, Jakarta, Selasa (30/9/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan tetap akan memasukkan Ultra Processed Foods (UPF) atau makanan ultra-olahan ke dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

Dadan menyampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, dengan Menteri Kesehatan, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN RI, serta Kepala BPOM, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (1/10).

Awalnya, Wakil Ketua Komisi IX Charles Honoris bertanya kepada Dadan apakah UPF akan tetap dimasukkan dalam menu MBG. “Ada komitmen BGN untuk tidak menggunakan ultra processed foods dalam MBG?” tanya dia.

Dadan lalu menjelaskan kritik terhadap makanan ultra-proses itu karena tingginya kadar gula di dalamnya. Namun menurutnya, makanan ultra-proses telah melewati tahapan sedemikian rupa yang terjamin kebersihan dan keamanannya sebelum siap dikonsumsi. Atas dasar itu, ia menyatakan tetap akan menggunakan makanan ultra-proses.

“Untuk beberapa produk yang mengandung banyak gula kita akan hindarkan. tetapi untuk beberapa produk yang dapat diterima seperti susu UHT yang rasanya plain saya kira tidak membatasi itu,” kata Dadan.

Menurutnya, makanan ultra-proses termasuk yang dapat dikonsumsi dalam tidak dalam jangka waktu yang pendek. “Kami tentu saja akan mengutamakan produk UMKM dan apalagi kalau diproduksi secara higienis,” katanya.

Sebelumnya, ahli gizi dr Tan Shot Yen mengkritik menu yang disajikan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menyampaikan pandangannya itu dalam rapat bersama Komisi XI DPR.

Dalam rapat itu, ia menyampaikan kegelisahannya akan menu MBG seperti burger, spaghetti dan produk olahan sebagai menu MBG. Dia menekankan menu tersebut tidak layak dikonsumsi anak-anak.

Dia menyarankan agar MBG menyediakan menu makanan bergizi dari tiap daerah. “Saya ingin anak Sulawesi bisa makan kapurung. Tapi yang terjadi dari Lhoknga (Aceh) sampai dengan Papua yang dibagi adalah burger, di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia,” kata Tan dikutip dari siaran YouTube TV Parlemen, Kamis (25/9).

Pada kesempatan itu, ia meminta untuk menghentikan distribusi makanan kering yang mengacu pada produk industri sebagai Ultra-Processed Food (UPF), atau makanan yang melewati serangkaian proses pengolahan industri dan mengandung banyak zat kimia. Ia mendorong agar makanan lokal menjadi menu MBG.

“Alokasikan menu lokal sebagai 80% isi MBG di seluruh wilayah,” kata dia.

Ia menyadari tak semua anak suka dengan makanan lokal, namun menurutnya tak elok jika menggunakan UPF dan mengacu pada permintaan anak.

“Saya setuju bahwa ada anak yang tidak suka dengan pangan lokal. Karena mereka tidak terbiasa. Tapi bukan berarti lalu request anak-anak. Kalau request-nya cilok, mati kita,” kata dia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ade Rosman
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...