Sandiaga Uno: Bonus Demografi Bisa Jadi Peluang atau Bencana untuk Ekonomi RI
Pengusaha yang juga merupakan Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI periode 2020–2024 Sandiaga Uno mengingatkan, bonus demografi tak hanya menjadi peluang, tetapi juga mengandung risiko bagi ekonomi Indonesia jika tak dikelola dengan baik. Karena itu, perlu sejumlah langkah taktis untuk mengejar target Indonesia emas 2045.
"Ini teman-teman di sini harus menyadari bonus demografi ini enggak selamanya. Kalau gak dijalankan dengan baik bonus demografi ini akan menjadi bencana demografi,” ujar Sandiaga Uno, dalam acara Meet The Leaders, bertajuk “Entrepreneurship: Indonesia’s Springboard to Shared Prosperity and Global Relevance” di Universitas Paramadina, Jakarta, Sabtu (11/10).
Menurut Sandiaga, Indonesia masih menunjukkan pertumbuha ekonomi yang positif di tengah pada ketidakpastian global. Peluang pengembangan usaha di Tanah Air juga masih terbuka lebar, terutama dengan rasio kewirausahaan Indonesia yang baru mencapai sekitar 3,5%.
“Ini tugasnya ini tapi enggak kelar-kelar, kita enggak naik-naik. UMKM-nya banyak tapi mereka menjadi pengusaha karena keterpaksaan karena ketidakadaan lapangan kerja,” kata dia.
Sandiaga menyoroti jumlah pelaku UMKM di Indonesia mencapai 65 juta, tetapi hanya kurang dari 5% yang menjadi entrepreneur. Mayoritas para plelaku UMKM masih berada di sektor informal.
Meski begitu, ia mengatakan sektor ini memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional, yakni mencapai 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap lebih dari 97% tenaga kerja. Tantangan yang masih harus dihadapi, menurut dia, adalah rendahnya tingkat transformasi digital sebab baru kurang dari 30% pelaku UMKM yang sudah terintegrasi ke dalam ekonomi digital.
Sandiaga juga menyoroti bahwa kebijakan pemerintah selama ini cenderung lebih berpihak kepada pelaku usaha besar, bukan kepada usaha kecil.
“Tapi yang menggerakkan ekonomi usaha besar atau usaha kecil? Usaha kecil. Jadi mindset ini yang harus kita ubah. Potensi kita besar,” kata Sandiaga.
Menurutnya, Indonesia membutuhkan kebijakan dan sumber daya manusia yang mampu menangkap peluang, terutama melalui peningkatan keterampilan digital (digital upskilling) dan akses pembiayaan cerdas (smart financing). Menurutnya, hal ini penting untuk mendorong terciptanya kelas menengah baru, mengejar target pertumbuhan ekonomi 5% dan transformasi menjadi negara maju pada 2045.
“Karena kalau lewat dari masa itu, kita tidak akan menjadi negara maju. Keburu menjadi negara yang masuk middle income trap atau we become old before we become rich," kata Sandiaga.
Ia pun menekankan pentingnya memastikan bahwa bonus demografi dilengkapi dengan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi yang dapat berdampak pada lokomotif menuju Indonesia emas.
