Serba-serbi Pelaku Ledakan SMAN 72: Diduga Meledakkan Bom dari Jarak Jauh
Pengungkapan dalam kasus ledakan di SMAN 72 pada Jumat (7/11) mulai menemui titik terang. Polda Metro Jaya telah menetapkan seorang pelajar sebagai anak berkonflik dengan hukum alias ABH.
Hasil penyelidikan sementara, ABH yang terlibat dalam ledakan merupakan siswa SMA aktif yang bertindak secara mandiri dan tidak terhubung dengan jaringan teror tertentu.
Polisi juga berjanji menjamin penyidikan mengedepankan pada hak-hak anak. Ini karena korban maupun anak yang berkonflik dengan hukum masih di bawah umur.
"Kami bersama-sama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjamin bahwa proses penegakan hukum ini benar-benar memperhatikan hak mereka," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Iman Imanuddin saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (11/11) dikutip dari Antara.
Berikut serba-serbi kasus peledakan SMAN 72:
Pribadi Tertutup
Polisi mengatakan dari penyelidikan awal, pelaku merupakan sosok yang tertutup. Polisi juga menyebut pelaku punya kecenderungan tertarik pada konten kekerasan.
Meski demikian, dari hasil penyelidikan sementara, ABH yang terlibat dalam ledakan itu bertindak secara mandiri dan tidak terhubung dengan jaringan teror tertentu.
"ABH yang terlibat dalam kasus ledakan ini dikenal sebagai pribadi yang tertutup, jarang bergaul, serta memiliki ketertarikan pada konten kekerasan dan hal-hal ekstrem," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Asep Edi Suheri pada konferensi pers yang sama.
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror juga ikut menyelidiki kasus ini. Dari penyelidikan mereka, ABH tersebut terinspirasi enam tokoh terkait kekerasan.
Enam tokoh tersebut adalah:
- Eric Harris dan Dylan Klebold, pelaku penembakan Columbine High School, Colorado, Amerika Serikat pada 1999
- Dylan Ruff Charleston, pelaku penembakan di Gereja Charleston di South Carolina pada 2015
- Alexandre Bissonete, pelaku serangan di Gereja Quebec di Kanada pada 2017
- Vladislav Roslyakov, pelaku serangan Politeknik Kerch di Rusia pada 2018
- Brenton Tarrant, pelaku penembakan Masjid di Christchurch, Selandia Baru pada 2019
- Natalie Lynn Rupnow, pelaku penembakan di Abundant Life Christian School di Wisconsin, AS pada 2024
"Ada beberapa inspirasi terkait figur, kami sebukan ada kurang lebih enam tokoh," kata Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana.
Bom Diduga Dikendalikan dengan Remot
Polda Metro Jaya menyebutkan ada tujuh bom yang disiapkan terduga pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta. Empat di antaranya meledak. “Sisanya, tiga yang masih aktif dan sudah kami kembalikan di Markas Gegana Satbrimob Polda Metro Jaya," kata Komandan Satuan (Dansat) Brimob Polda Metro Jaya, Kombes Pol Henik Maryanto.
Kepolisian mencatat ada tiga tempat kejadian perkara (TKP) peledakan, yakni di dalam masjid lingkungan SMAN 72, bank sampah, dan di Taman Baca. Tak hanya itu, polisi juga menemukan bahan peledak di rumah terduga pelaku.
Berdasarkan temuan tersebut, Henik mengatakan, terduga pelaku tidak berada di dalam masjid, ketika bom meledak. Sebab, remot untuk mengaktifkan bom ada di Taman Baca dengan kondisi masih aktif untuk bom itu.
KPAI Beri Pendampingan
KPAI juga akan memberikan pendampingan pada ABH kasus peledakan. Hal ini agar anak tersebut terhindar dari perlakuan tak manusiawi dari proses pemeriksaan hingga persidangan.
"Tidak bisa disamakan perlakuannya dengan orang dewasa yang melakukan tindak pidana hukum," kata Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (11/11).

