Kisah Warga Solok Selamat dari Longsor 20 Meter: Rumah Saya Kini di Bibir Jurang
Muhamad Syamsul Bachri (36 tahun) sedang memindahkan perabotan keluarganya ke rumah kontrakan sekitar 2 kilometer dari rumahnya di Perumahan Griya Hanshela Solok, Sumatera Barat. Rumah miliknya kini berada di tepi jurang akibat longsor yang terjadi di kawasan itu pada pekan lalu.
Syamsul mengaku sedang terlelap saat tanah di perumahannya mulai bergerak sekitar pukul 23.00 WIB pada 26 November 2025. Warga sekitar rumahnya mulai riuh sekitar pukul 01.00 WIB pada 27 November 2025 lantaran beberapa rumah mulai roboh.
Pekerja di Kantor Pemerintah kabupaten Solok itu mengaku terbangun setelah dibangunkan istrinya sekitar pukul 04.00 WIB. Setelah keluar rumah dan mencari informasi, Syamsul memutuskan membawa keluar istri dan tiga anak termasuk bayi berumur dua bulan ke rumah tetangganya, jauh dari lokasi longsor.
Syamsul melihatnya rumah tetangganya masih berdiri pukul 09.00 WIB pada 27 November 2025. Namun hunian di samping dan belakang rumahnya telah ambruk bersama tiga bangunan lain di blok yang sama saat ini.
"Dari informasi yang saya dapat ada 18 kepala keluarga yang terdampak bencana longsor dengan kedalaman lebih dari 20 meter di perumahan saya. Sebagian tetangga saya tidak bisa menyelamatkan barang-barang sama sekali kecuali baju yang mereka pakai," kata Syamsul ketika dihubungi Katadata.co.id, Rabu (3/12).
Para korban kini diungsikan ke rumah-rumah di dalam perumahan yang sama. Mereka juga telah mendapat bantuan dari pemerintah daerah dan beberapa perusahaan swasta.
Syamsul mengatakan Bupati Solok Jon Firman Pandu telah mengunjungi tempat bencana longsor di perumahannya tapi belum ada upaya pencegahan longsor susulan di kawasan rumahnya.
"Belum ada alat berat untuk menetralisir potensi longsor susulan di dekat rumah saya. Selain itu, belum ada solusi untuk kepala keluarga yang rumahnya ambruk akibat longsor karena masih butuh koordinasi lanjutan oleh berbagai pihak," ujarnya.
Arini Eka Putri (31 tahun) yang kini bekerja sebagai Petugas Humas Kabupaten Lima Puluh Kota mencatat beberapa akses darat di Sumatera Barat kini terputus. Alhasil, ia yang sedang menempuh pendidikan magister, harus mengambil rute memutar untuk menuju kampusnya di Kota Padang.
Waktu tempuh umum menuju Padang hanya sekitar 2,5 jam dari tempat tinggalnya di Bukittinggi dalam kondisi normal. Kini perjalannya menjadi 5 jam karena beberapa ruas jalan terdampak bencana.
Tanah longsor memutus akses darat di 12 dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat. "Saat ini akses satu-satunya menuju Padang dari Bukittinggi, Payakumbuh, Tanah Datar, dan Solok adalah area Sitinjau Laut karena longsor dan banjir bandang. Pekan lalu saya menghabiskan waktu 12 jam di jalan menuju Padang," katanya.
Banjir dan longsor di Sumatera telah menyebabkan 3,3 juta jiwa terdampak, terutama di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Melansir dari data dashboard Badan Nasional Penanggulangan Bencana, korban meninggal telah mencapai 753 jiwa, yang hilang 650 jiwa, dan terluka 2.600 orang.
