TNI Evaluasi Pengiriman Bantuan Korban Banjir Imbas Insiden Kantong Beras Pecah
Tentara Nasional Indonesia (TNI) melakukan evaluasi pengiriman bantuan ke daerah terdampak bencana banjir dan longsor di Sumatra. TNI kini menggunakan sistem helibox untuk menjatuhkan bantuan logistik dari udara kepada warga terdampak banjir dan tanah longsor di Sumatra.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan melalui sistem ini, barang-barang bantuan dikemas dalam kotak khusus yang dilengkapi baling-baling sehingga mampu mendarat dengan aman tanpa mengalami kerusakan ketika menyentuh tanah. Metode ini digunakan untuk menjangkau titik-titik yang tidak memungkinkan pendaratan helikopter atau pesawat.
Selain helibox, TNI juga mengirim bantuan menggunakan payung udara yang dijatuhkan dari pesawat angkut Hercules. Pengiriman dengan metode airdrop telah dilakukan di kabupaten Aceh Tamiang sejak kemarin. Pesawat menjatuhkan paket logistik dari ketinggian terukur agar bantuan mendarat tepat di area yang aman dan dapat dijangkau warga.
Strategi helibox dan airdrop ini merupakan langkah evaluasi terkait model pengiriman bantuan udara kepada sejumlah warga korban banjir bandang di Desa Manalu Purba, Tapanuli Utara. Dalam video yang beredar, kantung-kantung beras yang dijatuhkan dari helikopter tampak pecah dan isinya tercecer.
Agus menyampaikan hal tersebut saat konferensi pers di Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada Rabu (3/12). Lanud Halim merupakan Posko Terpadu TNI Penanggulangan Bencana Alam di Wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Ia menjelaskan situasi saat itu terjadi karena helikopter tidak dapat mendarat di lokasi akibat adanya kabel yang membentang di area pendaratan. Menurutnya, pilot yang bertugas saat itu memutuskan untuk tetap menjatuhkan bantuan dari udara.
“Pada saat kemarin helikopter mau mendarat, di situ ada kabel sehingga diputuskan oleh pilot barang itu tetap di-drop, walaupun mungkin ada beberapa beras yang tercecer,” ujar Agus. “Daripada dibawa kembali ke pangkalan udara, lebih baik di-drop dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.”
Ia menekankan dalam setiap operasi kemanusiaan, prioritas utama TNI tetap pada keselamatan personel dan keamanan alutsista. Kondisi di lapangan yang tidak stabil membuat risiko keselamatan prajurit meningkat.
Agus menjelaskan ada insiden dua polisi militer dan seorang babinsa terseret arus saat membantu proses penanganan bencana di Padang. Ketiganya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia beberapa hari kemudian.
“Saya tekankan bahwa dalam penanganan perbantuan agar tetap menjaga keamanan personel dan alutsista,” ujarnya.
Helikopter Sesuaikan Kondisi
Keterangan serupa juga disampaikan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Maruli Simanjuntak. Ia menekankan metode menjatuhkan bantuan logistik dari udara saat itu dilakukan karena helikopter tidak memiliki titik pendaratan yang aman di lokasi.
“Jadi helikopter itu tidak bisa mendarat di manapun. Landasannya harus siap. Karena kondisi bantuan harus diberikan, kami coba untuk dilempar,” ujar Maruli dalam forum serupa.
Maruli mengakui bahwa sempat terjadi insiden kantong beras yang pecah saat dijatuhkan. Menurutnya, kejadian tersebut langsung dievaluasi oleh TNI untuk memperbaiki metode pengiriman agar tidak terulang.
“Setelah ada yang pecah, kami evaluasi lagi. Sampai sekarang sudah tidak terjadi lagi,” ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah warga korban banjir bandang di Desa Manalu Purba, Tapanuli Utara, terekam video tengah mengais beras di tanah. Beras itu merupakan bantuan untuk korban banjir bandang yang dijatuhkan dari helikopter, Senin (1/12).
Dalam video yang beredar, kantung-kantung beras tampak pecah dan isinya tercecer. Salah seorang warga dalam video tersebut mengatakan bantuan yang dijatuhkan melalui udara itu tidak ada yang bisa dimakan karena kemasan rusak akibat benturan saat pendaratan.
Warga berharap mekanisme distribusi bantuan diperbaiki agar bantuan dapat diterima dengan layak dan benar-benar membantu mereka yang tengah menghadapi musibah.
