BRIN Terjunkan Periset dan Drone Canggih ke Lokasi Bencana Sumatra
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendistribusikan alat pengolah air ke daerah terdampak banjir di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Kepala BRIN, Arif Satria, mengatakan teknologi alat pengolah air menjadi air siap minum yang disebut Arsinum ini dibutuhkan di daerah bencana. Selain itu, BRIN juga mendistribusikan drone canggih yang mampu mendeteksi objek hingga 100 meter di bawah permukaan tanah. Dia menjelaskan, teknologi ini untuk menemukan sumber air, mendukung evakuasi, dan mempercepat pemetaan wilayah rawan.
“Kita hadir dengan teknologi dan inovasi yang berbasis pengalaman panjang BRIN dalam penanganan bencana,” tegas Arif.
Lebih lanjut, Arif menekankan bahwa kehadiran tim di lapangan bukan hanya untuk memberi bantuan, tetapi juga untuk menangkap fenomena lapangan yang penting sebagai basis riset ke depan. Ia menegaskan bahwa penelitian dan inovasi harus terus berkembang sesuai kebutuhan nyata masyarakat saat bencana.
“Dengan memahami lapangan, kita tahu inovasi apa yang harus dihasilkan untuk membantu masyarakat lebih baik lagi,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Utama BRIN, Nur Tri Aries Suestiningtyas, melaporkan perkembangan gerakan BRIN Peduli yang menjadi bagian dalam mendukung misi kemanusiaan ini. Ia menyampaikan dana sebesar Rp269.176.425 telah terkumpul dari sivitas BRIN dan tambahan bantuan obat-obatan senilai Rp29.000.000 dari Unit Pengelola Zakat.
“Bantuan tahap pertama berupa makanan dan pakaian akan dikirimkan berkoordinasi dengan BNPB dan Ketua Task Force,” jelasnya.
Ketua Task Force, Joko Widodo, menuturkan bahwa timnya telah menurunkan periset dari bidang kesehatan ke lokasi terdampak dalam rangka mendukung layanan kesehatan darurat.
“Selain itu, tim analisis data citra satelit terus bekerja siang malam memperbarui data citra satelit kondisi daerah terdampak banjir dan tanah longsor. Kami pun terus berkoordinasi dengan BNPB,” jelasnya.
Data satelit ini digunakan untuk menentukan jalur distribusi bantuan dan memetakan area yang berpotensi mengalami bencana susulan. Joko Widodo menambahkan bahwa struktur kerja Task Force dibagi menjadi beberapa kelompok, yakni tim survei dan pemetaan, bidang data dan analisis spasial, bidang teknologi air siap minum dan air bersih, serta bidang kesehatan dan kerentanan sosial.
Pembagian ini memastikan setiap kebutuhan lapangan dapat ditangani oleh tim dengan keahlian yang tepat. “Kami ingin memastikan respons yang cepat, terukur, dan berbasis sains,” pungkasnya.
