Malalak Sumbar Diguyur Hujan Deras, Warga Diminta Jauhi Tebing dan Jembatan
Wilayah terdampak banjir bandang di Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat atau Sumbar, masih sering diguyur hujan deras. Camat Malalak Ulya Satar mengimbau warga untuk menjauhi area tebing guna mencegah risiko bencana susulan.
“Kami mengimbau masyarakat untuk menghindari wilayah tebing untuk meminimalisir risiko jika terjadi kejadian serupa,” ujar Ulya kepada Katadata.co.id, Rabu (10/12).
Ulya juga meminta warga tidak melintasi jembatan saat hujan turun. Hingga kemarin, intensitas hujan di Malalak masih berada pada level sedang hingga tinggi.
Ia menjelaskan kondisi penyintas banjir bandang yang melanda Malalak pada Rabu sore, 26 November kini mulai membaik. Warga tidak lagi tinggal di tenda pengungsian dan memilih bertahan di rumah kerabat atau tetangga.
Pemerintah kecamatan telah berkoordinasi dengan Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Agam terkait rencana relokasi bagi warga yang rumahnya rusak berat. Sebanyak 57 rumah tercatat mengalami kerusakan berat.
Pendataan rumah terdampak baik rusak ringan, sedang, maupun berat telah dilakukan. Pemerintah kabupaten menyiapkan opsi relokasi ke Dama Gadang, Kecamatan Tanjung Raya, yang berjarak sekitar 95 kilometer dari Malalak melalui jalur Maninjau–Lubuk Basung.
“Namun kami masih mengupayakan lokasi relokasi di dalam kecamatan, dan terus membicarakannya dengan wali nagari serta pemerintah nagari setempat,” ujar Ulya. Menurutnya, rencana relokasi ke Tanjung Raya masih dalam tahap pembahasan dan belum memiliki keputusan final.
Warga Harus Jalan Kaki Dua Jam untuk ke Pusat
Setelah dua pekan proses pencarian, tim SAR gabungan di Wilayah Malalak menemukan 14 jenazah korban banjir bandang di Malalak. Tiga warga masih hilang, yakni Qilla berusia 8 tahun, Adnan berusia 1 tahun dan Yar berusia 49 tahun.
Berdasarkan data BNPB, Kabupaten Agam merupakan wilayah dengan dampak paling serius di Sumatera Barat. Per 10 Desember pukul 14.03 WIB, tercatat 181 korban jiwa, 57 orang hilang, serta lebih dari 1.500 rumah rusak.
Selain kerusakan rumah, akses transportasi di Malalak masih terhambat. Nagari Malalak Timur menjadi wilayah terparah yang terdampak banjir bandang, terutama di Jorong Toboh dan Jorong Limo Badak. Di luar wilayah itu, longsor juga terjadi di berbagai titik.
“Itu menyebar di seluruh kecamatan, ada 70 titik longsor, yang menyebabkan lumpuhnya akses masyarakat,” kata dia. Kondisi ini membuat sejumlah jorong terisolasi dan membatasi pergerakan warga.
Dua wilayah yang hingga kini masih terisolasi adalah Jorong Salimpaung di Nagari Malalak Utara dan Jorong Siniair. Warga Salimpaung hanya bisa mencapai pusat kecamatan dengan berjalan kaki, sementara jalur kendaraan harus memutar lewat Padang Pariaman dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
Di Jorong Siniair, jembatan penghubung ke pusat kecamatan hanyut terbawa arus, sehingga warga juga harus menempuh perjalanan memutar dengan jarak tempuh serupa.
Pemerintah kecamatan kini memprioritaskan pembukaan kembali akses transportasi. Sejumlah ruas jalan yang putus mulai diperbaiki menggunakan alat berat, sementara jembatan yang hanyut disiapkan untuk dibangun jembatan darurat.
Terisolasinya beberapa wilayah membuat kebutuhan logistik warga masih bergantung pada bantuan dari luar kecamatan. Bantuan dikirim melalui posko terdekat di Malalak Barat dan Hulu Banda, sebelum dijemput secara kolektif oleh perwakilan jorong menggunakan kendaraan yang disiapkan dengan dukungan BBM dari kecamatan.
“Jadi kita memang masih butuh bantuan logistik dari pihak luar,” kata dia.
Di sisi lain, kerusakan lahan pertanian ikut menambah beban warga. Sebagian besar sawah warga rusak akibat banjir bandang. Ulya mengatakan pemulihan lahan pertanian menjadi kebutuhan jangka panjang yang harus segera ditangani agar mata pencarian warga dapat kembali berjalan.
