The Economist: Jokowi Lepas Kursi Kepresidenan dengan Cara Kurang Baik

Lenny Septiani
13 Februari 2024, 15:54
prabowo, Jokowi, The Economist,
The Economist
Tampilan artikel tentang Presiden Jokowi di laman The Economist
Button AI Summarize

Media asing The Economist menyoroti keterlibatan Presiden Jokowi atau Joko Widodo dalam Pemilu 2024. Menurut media yang berbasis di Inggris ini, Jokowi meninggalkan kursi kepresidenan dengan cara yang kurang baik ketimbang saat ia menjabat.

Dalam editorial, The Economist mengungkapkan janji Jokowi ketika pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden pada 2014. “Jokowi meraih kekuasaan dengan janji menentang para elit yang mengatur negara demokrasi terbesar ketiga di dunia sejak jatuhnya era diktator Soeharto pada 1998,” kata The Economist.

“Namun, alih-alih mengalahkan demokrasi, pialang kekuasaan, Jokowi justru ikut bergabung dengan mereka,” The Economist  menambahkan.

The Economist menyebut Presiden Jokowi mendukung pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 yakni Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka.

Media itu menarasikan Prabowo sebagai mantan jenderal dan menantu Soeharto, yang memiliki catatan tentang hak asasi manusia yang negatif, serta ambivalensi terhadap demokrasi.

The Economist juga menyebut Gibran Rakabuming merupakan putra sulung Jokowi yang bisa mencalonkan diri sebagai cawapres berkat saudara ipar Presiden yakni Anwar Usman.

Anwar Usman menjabat sebagai ketua Mahkamah Konstitusi ketika mencabut aturan tentang batasan usia untuk mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres yakni minimal 40 tahun.

Gibran yang berusia 36 tahun terancam tak bisa mencalonkan diri sebagai cawapres Prabowo. Berkat pencabutan aturan oleh Anwar Usman, Gibran bisa menjadi cawapres.

“Dukungan terhadap Jokowi menjadikan Prabowo sebagai favorit untuk memenangkan kursi kepresidenan,” kata The Economist.

Media asal Inggris itu juga menjelaskan bahwa Prabowo mengikuti Pilpres tiga kali yakni 2014, 2019, dan 2024.

The Economist menyebut pesaing Prabowo yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sebagai mantan gubernur yang kompeten. Media asing ini juga bercerita bahwa Anies dan Ganjar melaporkan gangguan saat kampanye Pemilu 2024 dan keterlibatan pejabat untuk mendukung Prabowo.

“Hal ini merupakan petanda yang mengkhawatirkan bagi Indonesia, dan merupakan akhir yang tidak layak bagi masa jabatan Jokowi,” kata The Economist.

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...