TPN Ganjar - Mahfud Susun Strategi Baru saat Tahu Prabowo Gaet Gibran
Deputi Politik Tim Pemenangan Nasional Ganjar – Mahfud yakni Andi Widjajanto mengungkapkan strategi baru dalam Pemilu 2024. Taktik anyar ini disiapkan setelah Gibran Rakabuming resmi menjadi calon wakil presiden alias cawapres Prabowo Subianto.
Gibran Rakabuming merupakan kader PDIP. Sementara itu, PDIP mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam Pilpres 2024.
Awalnya, Tim Pemenangan Nasional atau TPN Ganjar – Mahfud optimistis bisa menang satu putaran. Namun saat Gibran resmi menjadi cawapres Prabowo, mereka membuat strategi baru.
“Orang menduga ini akan menjadi dua putaran. Maka sekarang, data dan algoritme kami olah supaya sesuai dengan kondisi terkini. Bagaimana menghadapi Pilpres dengan tiga pasangan,” ujar Andi dalam Podcast Pergulatan Politik (Gultik) Katadata, yang tayang pada Jumat (3/11).
Eks Gubernur Lemhannas itu menjadi tim pemenangan dalam dua Pemilu terakhir dan keduanya di kubu PDIP.
Berdasarkan pengalamannya itu, Andi menyampaikan bahwa Pilpres 201 merupakan yang terberat. Saat itu PDIP menjadi oposisi selama 10 tahun dan ingin mengusung Joko Widodo atau Jokowi yang berasal dari pemerintahan.
Pasangan capres dan cawapres dalam Pilpres 2014 yakni Prabowo – Hatta didukung koalisi yang besar dan terdiri dari partai utama. Sementara itu, PDIP didukung oleh Hanura dan Nasdem.
“Secara tantangan, dari penyusunan tim, penyiapan strategi, dan logistik, jauh lebih berat 2014. Itu pertanyaannya benar-benar terkait menang atau kalah,” katanya.
Sementara itu, Andi menilai Pilpres 2019 lebih mudah karena Jokowi menang dalam Pilpres 2014 dan dianggap menjalankan program dengan baik. Tim pemenangan cukup menggunakan tagline presiden yang bekerja.
Pertanyaan yang muncul di benak Andi kala itu bukanlah soal menang atau kalah, tetapi persentase kemenangannya. “Kami sudah pasti menang waktu itu,” ujarnya.
Kali ini, Pilpres diikuti oleh tiga pasang capres dan cawapres. Menurut Andi, polarisasi pemilu kali bakal berkurang dibandingkan 2014 dan 2019.
Menurut dia, kubu Prabowo – Gibran tidak bisa membuat hoaks atau ujaran kebencian yang dulu dipakai untuk menyerang Jokowi. Sebab Gibran merupakan putra Presiden Jokowi dan kader PDIP.
Sementara itu, kubu Anies – Cak Imin dinilai tidak bisa menggunakan narasi yang dulu digunakan untuk menyerang Jokowi. Sebab di dalam koalisi terdapat Partai Nasdem dan PKB.
“Selain itu, sekarang teknologi digital sudah berkembang pesat, sehingga semestinya pemerintah, baik BSSN, Kominfo, dan Kepolisian mampu lebih cepat mendeteksi hoaks dan ujaran kebencian,” kata Andi.