Kementan Pinjam 10 Ribu Ton Jagung ke Charoen Pokphand dan Japfa
Kementerian Pertanian meminjam sebanyak 10 ribu ton jagung dari dua industri peternakan besar, yakni PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Peminjaman itu dilakukan untuk membantu Bulog memenuhi sementara kebutuhan industri peternakan kecil sambil menunggu alokasi jagung impor tiba dari Australia dan Brazil.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Sugiono mengatakan program peminjaman jagung merupakan usulan Bulog untuk membantu peternak kecil memperoleh pakan.
"Kami membantu menentukan peternak yang tersebar di daerah mana saja yang membutuhkan bantuan jagung untuk pakan dalam waktu dekat," katanya dalam keterangan, dikutip Rabu (21/11).
(Baca: Kemendag Resmi Terbitkan Izin Impor 100 Ribu Ton Jagung untuk Bulog)
Dengan demikian, pengembalian jagung pinjaman merupakan tanggung jawab Bulog. Perusahaan pelat merah itu nantinya akan melakukan pengembalian dalam bentuk jagung pakan. Skema peminjaman pun menurutnya dilakukan berdasarkan perjanjian sehingga tidak ada unsur paksaan dan tidak akan merugikan feedmill.
"Pekan lalu sudah dilakukan peminjaman ke Charoen Pokphan sebanyak 1.500 ton," ujarnya.
Pinjaman jagung ke beberapa peternakan besar ditempuh karena impor jagung untuk pakan ternak sebesar 100 ribu ton belum sampai ke Indonesia dan untuk proses pengirimannya pun memerlukan waktu. Sementara itu, kebutuhan peternak terhadap jagung untuk pakan ternak sudah cukup mendesak.
(Baca: Pemerintah Putuskan Impor Jagung, Kementan Berkukuh Produksi Surplus)
Namun Sugiono memastikan, jagung pinjaman hanya didistribusikan kepada peternak mandiri saja yang dijual dengan harga Rp 4.000 per kilogram. Dengan begitu, Kementerian Pertanian berharap harga jagung juga ikut stabil sehingga harga pakan ikut menjadi normal.
Dia juga menegaskan kondisi kekurangan stok jagung pakan hanya akan terjadi hingga akhir tahun. Namun dia berkukuh, kekurangan stok ini bukan karena penurunan produksi, tetapi rantai distribusi yang cukup panjang.
Oleh karena itu langkah impor diputuskan hanya untuk mengisi stok bulan Desember dan Januari. "Mulai Februari 2019 sudah terjadi panen raya, sehingga stok jagung melimpah, petani dan peternak harus sama-sama kita lindungi jangan sampai merugi," kata dia.