Kementan Target Kurangi 1 Juta Ton Impor Gandum di 2019
Kementerian Pertanian berupaya mengurangi penggunaan gandum impor sebagai bahan baku tepung terigu dengan jenis bahan baku tepung dari tanaman lokal seperti sorgum, hanjeli, sagu, ubi kayu, dan mokaf. Dengan demikian, Kementan berharap impor bahan baku tepung terigu berkurang hingga 1 juta ton pada tahun depan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Muhammad Syakir mengatakan Indonesia banyak terdapat beragam tanaman untuk bahan baku pangan. “Potensi bahan baku lokal belum dikembangkan dengan baik," kata Syakir di Bogor, Rabu (7/11).
Dia menyatakan ketergantungan masyarakat terhadap terigu semakin meningkat. Selama 10 tahun, konsumsi tepung terigu naik 1 kilogram per kapita dari 15,5 kilogram menjadi 25 kilogram. Kementerian Pertanian mencatat, impor gandum pada tahun lalu telah mencapai 11,8 juta ton. (Baca: Pasokan Terbatas dan Harga Tinggi, Impor Gandum Semester I Turun)
Karenanya, butuh inovasi pengembangan di sektor pangan nasional untuk mengurangi ketergantugan impor pangan dan mengurangi beban devisa negara. Alhasil, agroindustri bahan baku lokal menjadi ujung tombak peningkatan nilai tambah proses dan produk.
Syakir mengungkapkan teknologi pengolahan sudah tersedia. Inovasi penggunaan formula produk mampu menghasilkan substitusi terigu 10-20% untuk jenis produksi roti, 10-30% untuk produksi mie, kue 50-100%, dan kue kering 100%.
Dengan inovasi teknologi tersebut, produksi pangan lokal seperti sagu, sorgum, hanjeli, dan ubi kayu ditargetkan bisa mencapai 1 juta ton pada 2019. “Kalau itu bisa menggantikan tepung terigu kita bisa hemat devisa negara dengan besar, apalagi jika berkembang terus,” ujar Syakir. (Baca : Impor Gandum Melonjak Pesat, Pengawasan Diperketat)
Percepatan hilirisasi inovasi di sentra produksi ataupun sentra konsumsi pangan lokal juga bisa dilakukan dengan Model Agroindustri Pangan Lokal. Contohnya, Cimahi sebagai daerah sentra pangan berbasis ubi kayu; Sumedang berbasis hanjeli ; Demak berbasis sorgum; Palopo, Maluku Tengah, Sorong dan Jayapura (berbasis sagu).
Wakil Ketua Komisi Pertanian Dewan Perwakilan Rakyat, Michael Wattimena pun mendukung hal ini dan terus mendorong potensi tanaman lokal untuk pemberdayaan masyarakat lokal. “Kami sangat mengapresiasi dan mendukung kemajuan melalui teknologi,” kata Michael.