Menengok O-Bahn di Negara Lain, Bus dengan Rel Khusus
Kementerian Perhubungan sedang mengkaji penerapan moda transportasi bus dengan rel khusus atau disebut O-Bahn di kota-kota seluruh Indonesia. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan transportasi ini merupakan gabungan Light Rail Transit (LRT) serta Bus Rapid Transit (BRT).
"Ini menggunakan rel, tapi juga menggunakan jalan pada umumnya digunakan bus," kata Budi beberapa hari lalu. Moda transportasi seperti ini telah beroperasi di Adelaide, Australia dan Nagoya, Jepang. Budi mengatakan dengan O-Bahn bisa mengatasi kemacetan di kota seperti Surabaya, Bandung, hingga Medan.
Katadata.co.id mencoba menelusuri berbagai sumber, mengenai bagaimana transportasi ini berjalan di negara-negara lain. Di Adelaide, O-Bahn merupakan bagian dari Adelaide Metro atau sistem transportasi umum terintegrasi. Adelaide Metro dibangun pada 1986 sepanjang 12 kilometer dan melalui 3 persimpangan. Di setiap persimpangan, bus akan masuk ke jalan biasa untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.
(Baca: Bus O-Bahn Dinilai Belum Tentu Cocok di Jakarta, Begini Alasannya)
Mengutip laman Department of Planning, Transport, and Infrastructure (DPTI) South Australia, transportasi ini mulai dikembangkan dengan biaya 98 juta dolar Australia. Awalnya moda O-Bahn dikembangkan menggantikan moda lama yakni tram yang berbasis rel dan berbagi jalur dengan transportasi lain.
Berdasarkan jurnal Oxford dan Wikipedia, kata O-Bahn berasal dari bahasa Jerman yakni omnibus (bus) dan bahn (jalur). Australia mengadopsi moda ini dari sistem transportasi bus kota Essen, Jerman untuk mencari pengganti moda tram tua yang telah beroperasi sejak 1929.
Berbeda dengan tram, bus dioperasikan di atas dua batang rel yang terbuat dari beton. Konsepnya sama persis dengan rel untuk kereta. Bedanya, di kanan dan kiri rel beton, disiapkan pembatas agar bus tetap berjalan di jalurnya. Dengan model jalur khusus ini, maka O-Bahn tak akan banyak berbagi jalan dengan moda lain seperti mobil pribadi.
"Pertengahan 1980-an dibuka rute O-Bahn terpanjang di dunia," demikian keterangan DPTI mengacu panjang saat itu. Rute transportasi ini menghubungkan Grenfell Street dengan Tea Tree Plaza Interchange di Timur Laut Adelaide.
Dari laman Busnews.com.au, hingga tahun 2015, O-Bahn mengangkut 31 ribu penumpang setiap pekannya. Awalnya bus ini menggunakan jenis Mercedes Benz O305s dan saat ini digantikan dengan Scania K320UA. Bus juga diklaim ramah lingkungan dengan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakarnya. Saat ini operatornya adalah Torrens Transit yang juga operator moda bus utama di Adelaide.
Meski demikian, penggunaan bus ini bukan tanpa risiko. Rel beton O-Bahn ternyata memiliki batas usia dan semakin tahun semakin rentan. Ketahanan rel ini membuat otoritas setempat membatasi kecepatan hingga 85 kilometer per jam saja dari maksimum 100 kilometer per jam. Bukan hanya itu, meski tidak berbagi jalur, tetap saja ada mobil pribadi yang kerap masuk jalur O-Bahn dan berakhir anjlok.
(Baca: Peneliti: Bus O-Bahn Sulit Beroperasi di Jalan yang Terbatas)
Pada 2012, sebuah mobil bahkan terjebak di jalur O-Bahn dan menghambat perjalanan bus. "Jalur ini sudah beroperasi selama 27 tahun," kata mantan Kepala Departemen Transportasi Negara Bagian Australia Selatan Derek Scrafton seperti dikutip Indaily, enam tahun lalu.
Kota lain yang memiliki transportasi bus berpemandu (guided bus) dengan beton pengekang lain adalah Essen di Jerman, Leigh-Salford-Manchester di Inggris, hingga Yutorito Line di Nagoya, Jepang. Yang paling panjang di antara ketiganya adalah Leigh-Salford-Manchester, dengan panjang operasi 22 kilometer. Rute ini bahkan menggunakan bus tingkat dalam pengoperasiannya.
Departemen Transportasi Inggris bersama Otoritas Transportasi Manchester memulai konstruksi jalur ini pada September 2013 dan rampung akhir 2015. Setahun kemudian, rute bus dengan 36 titik perhentian ini resmi beroperasi.
Dikutip dari Busandcoachbuyer.com total investasi yang dihabiskan pemerintah pusat Inggris dan otoritas transportasi lokal mencapai £154,5 juta atau mencapai Rp 2,7 triliun. Sebanyak £68 juta atau Rp 1,2 triliun digunakan untuk infrastruktur jalur bus dan pendukungnya. Adapun armadanya menggunakan Volvo B5LH yang berbahan bakar listrik dan minyak (hybrid).
"Kementerian Transportasi Inggris menyediakan £32,5 juta, dan sisanya dari Greater Manchester Transport Fund (otoritas transportasi Manchester)."