Tingkat Hunian Hotel Baru Mencapai 15% Selama Pelonggaran PSBB
Pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dan beberapa wilayah lain ternyata tak langsung berdampak kepada membaiknya bisnis perhotelan. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan tingkat okupansi hotel di DKI dan Semarang masih berada di angka 15%.
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani mengatakan tingkat hunian hotel di kota lain seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Medan baru mencapai 10%. Berikutnya ada itu penginapan di Makassar yang baru terisi 6%. Sedangkan rasio hunian hotel di Batam hanya sekitar 3%.
Adapun Bali memiliki okupansi hotel 1% alias yang paling rendah saat ini. "Data ini merupakan update sampai pukul 07.00 WIB pagi tadi," kata Hariyadi dalam Rapat Dengar Pendapat virtual bersama Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Selasa (24/7).
(Baca: Pengusaha Hotel Minta Bantuan Modal dari Pemerintah Rp 21,3 Triliun)
Hariyadi mengatakan imbas kondisi tersebut, 95% pengusaha hotel terpaksa masih merumahkan karyawannya. Selain itu mereka juga memerlukan bantuan modal kerja untuk memulai lagi usaha.
Makanya dia berharap pemerintah bisa memberi bantuan modal kerja senilai Rp 21,3 triliun untuk membangkitkan industri perhotelan dan kembali menyerap tenaga kerja. Hal ini dilakukan lantaran masih alotnya permintaan restrukturisasi kredit dengan perbankan.
Nantinya bantuan modal kerja ini akan disalurkan selam enam bulan kepada pengusaha yang sudah tidak memiliki cadangan modal untuk kembali melanjutkan usaha. Hariyadi mengatakan jumlah usaha yang terbantu meliputi 715.000 kamar hotel dan 17.862 unit restoran.
"Ini hanya untuk gaji pegawai, listrik serta promosi di luar dari bahan baku makanan dan minuman," kata dia.
Hariyadi sebelumnya mengatakan industri pariwisata nasional diperkirakan mengalami kerugian hingga Rp 85 triliun akibat dampak virus corona. Hal ini terjadi seiring dengan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia yang terus menurun.
Dia menjelaskan ada sekitar 2.000 hotel dan 8.000 restoran di seluruh Indonesia menghentikan operasional bisnisnya akibat PSBB. Alhasil, kerugian untuk sektor perhotelan ditaksir mencapai Rp 30 triliun dan Rp 40 triliun untuk bisnis restoran pada Januari hingga April lalu.
"Lalu ditambah kerugian untuk maskapai penerbangan US$ 812 juta atau setara Rp 11,4 triliun dan untuk tour operator Rp 4 triliun," katanya.
(Baca: Turis Asing Anjlok Saat Pandemi, Bisnis Pariwisata Rugi Rp 85 Triliun)