Resep Olympic Mempertahankan Bisnis selama Tiga Dekade
Industri furnitur dalam negeri semakin berkembang hingga memunculkan banyak pemain, baik perusahaan asing maupun pelaku usaha kecil menengah (UMKM). Olympic Group, salah satu pemain yang hingga kini masih mampu mempertahankan bisnis dan merek furniturnya di Indonesia melalui konsistensi, nilai dan inovasi produk.
Brand Olympic ini pertama kali didirikan pada 1975, setelah sang pemilik, Au Bintoro terinsipirasi produk furnitur ringkas yang bisa mudah dikirim ke tangan pelanggan. Dari sana kemudian lahir produk pertama meja belajar Olympic dengan model knock-down furniture yang dapat dibongkar pasang.
Seiring berjalannya waktu, produk Olympic berkembang ke jenis furniture lain seperti lemari, rak tv, meja makan, meja tamu serta produk lainnya mengikuti perkembangan jaman. Beberapa merek baru dikibarkan di bawah brand ini seperti Solid Furniture, Albatros, Procella, Olympia, dan furniture berharga terjangkau.
Direktur Marketing Olympic Furniture Group, Felix Jonathan mengatakan ada sejumlah strategi perusahaan dalam mempertahankan bisnis selama 35 tahun serta merek furnitur hingga melekat di benak masyarakat.
Menurutnya, Olympic konsisten menjaga tipe knock downnya meski tren furnitur terus berubah. "Kami pun berinovasi mengikuti model kekinian, namun dengan model knock down sehingga bisa dikirim dengan ongkos transportasi lebih hemat dan nilai barang ketika sampai ke konsumen harganya lebih terjangkau," kata Felix dalam diskusi Kelas Inspiratif yang diadakan katadata.co.id, Selasa (27/10).
Perusahaan juga berupaya menjaga ketersediaan produknya mudah ditemukan di pasar dengan menggandeng mitra distributor atau penjual produk. Perusahaan juga masuk ke retail modern dan menyediakan layanan cash and credit sebagaimana strategi yang dilakukan pada saat krisis 1998.
Sementara untuk menjaga kesadaran merek (brand awareness), perusahaan gencar berpromosi melalui radio untu manarik basis konsumen yang selama ini masih kuat di daerah. Selain itu, promosi lewat media sosial Facebook, Instagram, Youtube website dan marketplace pun kini banyak dilakukan untuk mengusai pasar di wilayah perkotaan.
"Kami juga sedang menyiapkan omni channel, dimana pengguna nanti bisa memesan dari website atau sosial media, kemudian diambil atau diantar dari toko terdekat," katanya.
Melalui strategi ini, dia berharap bisa ikut meningkatkan penjualan furniturnya di tiap-tiap mitra distributor. Terlebih lagi, di masa pandemi corona konsumen berpeluang lebih banyak membeli lewat online.
"Selama pandemi penjualan kami meningkat cukup pesat. Pada awal pademi, di April dan Mei penjualan online kami naik dua kali lipat, meskipun secara nilai kontribusinya masih lebih kecil dibanding offline," ujar Felix.
Ke depan, dia berharap Olympic bisa bertahan dan berkembang menjadi brand jangka panjang, dengan indentitas merek dan nilai yang kuat. Perusahaan tak segan berinovasi mengikuti perkembangan jaman dan perubahan prefensi konsumen.
Kekuatan Nilai Merek dan Produk
Sementara itu, Ikatan Alumni Prasetiya Mulya (IKAPRAMA) Branding Club, Trihadi Pudiawan Erhan menilai keberhasilan Olympic bertahan menjadi brand legendaris dipengaruhi oleh konsistensi dan mendeliver value sesuai keinginan konsumen.
Menurutnya, menjaga konsistensi cukup sulit, terlebih dengan perkembangan saat ini dengan banyaknya kompetitor yang membuat berbagai macam produk . "Kalau valuenya tidak kuat, mereka cuma jadi brand musiman yg terkenal saat laku. Kunci lain keberhasilan Olympic juga ada di kekuatan distribusinya. Produknya tersedia dimana-mana," kata Trihadi dalam diskusi yang sama.
Bicara mengenai strategi pemasaran mereka ke digital juga dianggap tepat karena bisa menjangkau pasar lebih luas dari pangsa pasar terbesarnya saat ini di daerah. Olympic juga diharapkan bisa mengisi gap masyarakat, yakni menyediakan furnitur dengan model terkini dengan harga bersahabat.
"Dari sini ada pelajaran, bagaimana Olympic memiliki value yang sangat kuat, tapi fleksibel menegikuti perkembangan jaman sehingga menjadi merej jangka panjang. Mereka eksis di satu lini dan menambah lini lain seperti lewat Olymplast dan Olym furniture ," ujarnya.
Industri furnitur saat ini diniai cukup prospektif dan berkembang di pasar luar negeri. Kementerian Perindustrian mencatat, industri furnitur termasuk dalam lima industri dengan nilai pertumbuhan terbesar pada 2019, yaitu sebesar 8,35%. Nilai ekspor industri furnitur meningkat hingga sebesar US$ 1,95 miliar pada 2019 atau tumbuh 14,6% dari 2018.
Di Asia, Indonesia menduduki posisi ke lima setelah Tiongkok, Vietnam, Malaysia dan China Taipei. Pemerintah terus berupaya mendorong peningkatan daya saing sektor furnitur dengan berbagai terobosan.
“Secara nasional Kemenperin telah menyusun strategi untuk peningkatkan ekspor industri furnitur dan kerajinan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (Dirjen IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih dalam keterangan resmi.
Menurut Gati, upaya yang dilakukan yakni melalui pemenuhan kebutuhan bahan baku dan penolong di industri manufaktur lewat pembangunan material center untuk kontinuitas ketersediaan bahan baku yang berkualitas. Kemenperin juga mendorong ketersediaan sumber daya manusia (SDM) bidang furnitur yang unggul melalui pendirian politeknik industri furnitur dan pengolahan kayu.
Sedangkan untuk promosi, pihaknya juga memfasilitasi pameran baik di dalam negeri maupun di luar negeri. "Saya sangat berharap industri furnitur dan kerajinan terus melakukan inovasi dan selalu melakukan eksplorasi kekayaan budaya nasional serta mengikuti tren pasar global. Inovasi akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu produk,” ujar Gati.