DBS Indonesia Dukung Wirausaha Sosial Kurangi Sampah Makanan

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
4 Desember 2020, 21:22
DBS_Makan Tanpa Sisa
Katadata

Jakarta - Berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Dunia (FAO), sampah makanan atau food waste di dunia jumlahnya mencapai 1,3 miliar ton. Sementara itu, di Indonesia, berdasarkan data The Economist Intelligence Unit pada 2016, setiap satu orang menyumbang sampah makanan sebanyak 300 kilogram per tahun. Fakta tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang dengan sampah dan pemborosan makanan paling tinggi di dunia. Indonesia berada di peringkat kedua dari 25 negara yang dilakukan penilaian ketahanan pangannya dalam Food Sustainability Index.

Sampah makanan pada ranah konsumsi justru memproduksi jejak karbon terbesar dari seluruh elemen rantai pasok pangan. Penyebabnya aspek konsumsi mencakup segala elemen mulai proses agrikultur, distribusi, masak-memasak hingga makanan tersebut disia-siakan konsumen. Pada tahun ini, Bank DBS Indonesia sebagai lembaga keuangan yang menjalankan praktik bisnis berkelanjutan menginisiasi gerakan #MakanTanpaSisa dalam kampanye “Towards Zero Food Waste”. Tujuannya mendorong masyarakat sebagai konsumen untuk lebih memperhatikan dan peduli terhadap makanan yang mereka konsumsi agar mengurangi sampah makanan yang dihasilkan.

Kampanye “Towards Zero Food Waste” ini merupakan upaya Bank DBS Indonesia dalam mengedukasi masyarakat dan meningkatkan kesadaran dalam mengurangi dan mengelola sampah makanan. Selain itu juga berkontribusi dalam penyediaan makanan untuk masyarakat yang terkena dampak pandemi dan orang-orang yang membutuhkan, melalui kerja sama dengan berbagai wirausaha sosial, organisasi, media, dan masyarakat.  “Faktanya masih banyak orang yang belum sadar akan bahaya sampah makanan, jika dibiarkan menumpuk akan menghasilkan gas metana yang pada akhirnya memperburuk pemanasan global,” kata  Executive Director, Head of Group Strategic Marketing Communication, PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika melalui siaran pers di Jakarta, Jumat (4/12).

Sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan yang berkesinambungan, kata dia, Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk mengurangi angka sampah makanan di Indonesia. “Didorong oleh salah satu fokus kerja kami, yaitu sustainability atau keberlanjutan, Bank DBS Indonesia mengambil andil dalam memberikan dampak sosial positif terutama di sektor lingkungan,” ujar Mona. 

Pada masa pandemi saat ini, Bank DBS Indonesia tetap berkontribusi dalam mengurangi sampah makanan dan meningkatkan kesadaran konsumsi pada masyarakat melalui program donasi dalam kampanye “Towards Zero Food Waste”. Kampanye ini dapat turut didukung dengan berbagai cara, salah satunya dengan menonton video “Watch to Donate” di tautan berikut: https://go.dbs.com/makantanpasisa-id. Bank DBS Indonesia bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FOI) untuk menyalurkan delapan ton porsi makanan bagi mereka yang membutuhkan untuk sepuluh juta views yang terkumpul.

Selain itu, bagi pengguna kartu kredit digibank by DBS, nasabah dapat berpartisipasi melalui program “Buy 1 Meal to Give 1 Meal”, dengan membeli single meal di aplikasi Yummybox menggunakan kartu kredit digibank dan menukar customer rewards kartu kredit digibank dengan donasi paket sembako melalui kerja sama dengan wirausaha sosial Garda Pangan. Dengan demikian, nasabah turut berkontribusi memberikan donasi satu kotak makan bernutrisi bagi masyarakat yang membutuhkan.

Tidak hanya individu, Bank DBS Indonesia pun mengajak wirausaha sosial turut serta dalam menyuarakan gerakan ini dan memberikan dukungan atas usaha keberlanjutan yang dilakukan. Sebagaimana salah satu peran wirausaha sosial yakni untuk memberikan solusi bagi permasalahan sosial, Kecipir dan Medan Tehnik hadir dalam mengatasi sampah makanan di Indonesia. 

Kecipir dan Medan Tehnik merupakan bagian dari mitra wirausaha Bank DBS Indonesia yang menerima bantuan berupa ide bisnis baru serta mentoring dari program Hungry For Change. Program Hungry For Change ini merupakan inisiasi Bank DBS, di mana para karyawan DBS berkesempatan untuk memberi solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi wirausaha sosial yang bisnisnya fokus pada Zero Food Waste di seluruh Asia. Solusi dan ide dari para karyawan ini kemudian akan ditinjau kembali dan disampaikan kepada para wirausaha sosial, sehingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan perspektif baru atas permasalahan yang mereka hadapi serta ide segar yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis mereka.

Didirikan pada 2015, Kecipir memotong perantara rantai pasokan dengan cara memproduksi panen sesuai dengan permintaan (demand-based). Terhitung sejak berdiri hingga Juni 2020, Kecipir telah mengurangi lebih dari 100.000 kg sampah makanan dengan memberlakukan sistem harvest by demand – hanya yang dipesan yang dipanen – Kecipir juga telah mengurangi lebih dari 600 kg pemakaian plastik sekali pakai dengan hanya menggunakan keranjang, tas daur ulang, atau daun dalam mengemas produknya. 

Selain berupaya untuk mengurangi sampah makanan, Kecipir juga berkomitmen untuk mendukung keberlanjutan kehidupan serta kesejahteraan tiap petaninya dengan menawarkan margin keuntungan yang lebih baik. Kecipir sendiri telah mempekerjakan 35 grup petani lokal, dengan 10-20 orang di dalam grup tersebut. Sebagai produsen makanan organik, di mana dalam proses tanam dan panennya tidak menggunakan pestisida dan cairan kimia, kesehatan para petani Kecipir meningkat pula secara signifikan.

Kecipir berupaya untuk meringkas rantai distribusi, sehingga petani dapat mendistribusikan hasil panen langsung ke konsumen melalui Kecipir.com. Dengan ini, harga jual sayuran organik dapat ditekan sehingga konsumen tidak terlalu mahal membelinya. Harga jual petani sayuran organik di Kecipir pun rata-rata naik menjadi 30 persen dalam rantai nilai dari sebelumnya hanya 15 persen ketika dijual melalui perantara atau langsung ke konsumen. Hal ini kemudian dapat membuat petani lebih sejahtera.

“Bank DBS Indonesia melalui program mentoring DBS Foundation mendukung Kecipir dalam usaha keberlanjutan kami yaitu mengurangi sampah sisa makanan melalui efektivitas rantai pasokan dan menciptakan berbagai produk ramah lingkungan,” kata  CEO dan Co-Founder dari Kecipir, Tantyo Bangun.Dukungan ini meyakinkan kami untuk dapat melebarkan wirausaha Kecipir dalam bidang teknologi, marketing, operations, dan kerja sama dengan beberapa pihak lain,” tutur CEO dan Co-Founder dari Kecipir.”

Di sisi lain, untuk memberikan solusi ramah lingkungan, Medan Tehnik telah mendaur ulang sampah makanan  sejak 2016. Kegiatan Medan Tehnik juga didorong oleh data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2018 yang menyatakan bahwa kota Medan merupakan kota metropolitan terkotor di Indonesia. Produk inovasi daur ulang sampah makanan yang dihasilkan oleh Medan Tehnik di antaranya  turunan produk Eco Enzyme (cairan pembersih organik yang terbuat dari sampah sayuran), seperti shampo, sabun, dan lainnya, Eco Grow (pupuk organik yang terbuat dari kotoran sapi dan sampah makanan), dan Eco Soap (sabun organik yang terbuat dari sampah minyak goreng dengan campuran Eco Enzyme dan sisa kopi bubuk). 

Selain itu, Medan Tehnik juga berkomitmen untuk mensosialisasikan gerakan zero food waste ke lebih banyak masyarakat di Medan dengan memberikan pelatihan pada beberapa komunitas, sekolah, serta usaha rumahan. Penerima manfaat (beneficiary) utama Medan Tehnik, yaitu puluhan wanita, remaja berkebutuhan khusus dan keluarga berpenghasilan rendah yang tersebar di berbagai komunitas akar rumput di kota Medan dan sekitarnya.

Menjalankan wirausaha sosial sejak 2010, Medan Tehnik kini telah merambah ke lini digital dengan meluncurkan aplikasinya sendiri guna mempermudah dalam menghitung jumlah sampah makanan yang diolah setiap harinya. “Dukungan dari Bank DBS Indonesia memberikan kami lebih lagi rasa percaya diri untuk menjalankan program-program kami dalam mendaur ulang sampah makanan di Medan,” ujar CEO PT Medan Tehnik, Sukendro Saputro,”di mana kami menargetkan pengurangan sampah sebanyak 120 ton pada tahun 2022 mendatang, serta meluncurkan produk inovasi ramah lingkungan setiap dua kali setahun, dan mendistribusikannya ke daerah-daerah baru yang belum menjadi jangkauan kami.”

DBS Foundation telah berdiri sejak 2014 untuk menandai komitmen Bank DBS dalam menumbuhkembangkan wirausaha sosial yang memiliki layanan dan bentuk bisnis sekaligus mampu menyelesaikan tantangan sosial dan lingkungan. DBS Foundation Social Enterprise Grant telah memberikan bantuan dana hibah kepada lebih dari 60 wirausaha sosial di Singapura, Tiongkok, Hongkong, India, Indonesia, dan Taiwan.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...