Kasus Corona Nyaris 102 Ribu, Pendapatan Maskapai Anjlok Rp 1.606 T
Kasus virus corona secara global hampir mencapai 102 ribu pada pagi hari ini (7/3). Asosiasi Transportasi Udara Internasional memperkirakan, wabah itu memangkas pendapatan hingga US$ 113 miliar atau sekitar Rp 1.606 triliun sepanjang tahun ini.
Nilai proyeksi itu tiga kali lebih besar dibanding prediksi dua minggu lalu. Hal ini membuat saham maskapai di Amerika Serikat (AS) menurun.
“Untuk maskapai skala regional yang lebih kecil, kami pikir dapat melewati ‘badai’ ini sedikit lebih baik. Tetapi yang skala besar, masih akan terus berjuang,” kata Chief Executive of Advisorshares Noah Hamman dikutip dari Reuters, Sabtu (7/3). Advisorshares merupakan perusahaan investasi berbasis di Maryland, AS.
Di Indonesia, pemerintah bahkan menunda insentif bagi maskapai untuk mendorong kunjungan turis asing. Hal ini dilakukan setelah pengumuman dua warga Depok positif terinfeksi virus corona. Kini, jumlahnya bertambah menjadi empat orang.
(Baca: Pasien Positif Virus Corona di Indonesia Bertambah Jadi 4 Orang)
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, pemerintah akan mengkaji kembali kebijakan tersebut. “Ditunda, di-review dulu,” kata Wishnutama, beberapa waktu lalu (3/3).
Meski begitu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan insentif untuk mendorong pariwisata di dalam negeri tetap berjalan. Insentif itu berupa diskon tiket pesawat yang diberikan maskapai penerbangan hingga 50% untuk 25% kursi per pesawat menuju sepuluh destinasi wisata.
Kesepuluh destinasi itu, yakni Danau Toba, Yogyakarta, Malang, Manado, Bali, Mandalika, Labuan Bajo, Bangka Belitung, Batam, dan Bintan. (Baca: Ada Kasus Positif Corona, Pemerintah Tunda Insentif untuk Turis Asing)
Sebagai penggantinya, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, Airnav, dan PT Pertamina mendapatkan insentif dari pemerintah. Insentif 30% ini dalam bentuk dana Rp 500 miliar yang berasal dari APBN.