Harga Minyak Naik Ditopang Perbaikan Data Ekonomi Asia dan Eropa

Image title
30 Juni 2020, 07:28
Data Ekonomi Asia dan Eropa Bantu Harga Minyak Naik
Katadata
Ilustrasi kilang minyak

Harga minyak mentah dunia cenderung naik pada pagi hari ini, Selasa (30/6) waktu Indonesia. Kenaikan ini didukung data ekonomi Asia dan Eropa yang menunjukkan perbaikan.

Data-data ekonomi tersebut menahan laju penurunan harga minyak imbas kekhawatiran kasus baru positif virus corona yang terus bertambah. Data Worldometers menujukkan total kasus terinfeksi Covid-19 di dunia mencapai 10.401.169 pada pagi hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg per pukul 06.53 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 naik 1,68% ke level US$ 41,71 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 bertambah 0,15% ke level US$ 39,76 per barel.

Harga minyak terbantu pemulihan ekonomi di Eropa. Data dari Komisi Eropa menunjukkan sentimen ekonomi naik dari 67,5 pada Mei menjadi 75,7 bulan ini. Meskipun indeks ini masih jauh di bawah rata-rata 100 sejak 2000.

(Baca: Pasar Khawatir Corona Bawa Dampak Resesi, Harga Minyak Tertekan Lagi)

Kenaikan sentimen ekonomi itu juga terjadi di semua sektor. Yang tertinggi pada sektor ritel dan jasa. Peningkatannya juga tersebar di Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda.

Sedangkan di Tiongkok, keuntungan perusahaan di industri naik untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir pada Mei. Ini menunjukkan pemulihan ekonomi Negeri Panda.

Advertisement

Indeks saham Amerika Serikat (AS) yang naik secara luas pada Senin juga menambah dukungan bagi harga minyak. Walaupun, pasar masih mengkhawatirkan adanya gelombang kedua pandemi corona.

Apalagi, beberapa negara bagian di AS menerapkan pembatasan kembali karena ada lonjakan kasus positif corona. Kasus yang meningkat tajam yakni di California, Texas, dan Florida, tiga negara bagian AS yang paling padat penduduknya.

(Baca: Kasus Covid-19 Global Lebih dari 10 Juta Orang, 498.274 Meninggal)

Kondisi itu dikhawatirkan menghambat pemulihan permintaan bahan bakar minyak atau BBM. “Pasar menyoroti risiko signifikan terhadap permintaan bensin," kata JBC Energy dikutip dari Reuters, Selasa (30/6).

Apalagi, beberapa negara bagian termasuk Florida dan Texas merupakan konsumen bensin terbesar. "Pasar terus resah tentang pemulihan permintaan, karena pihak berwenang meninjau kembali strategi pembukaan kembali," kata analis ANZ, merujuk pada Texas, Florida dan California.

Perusahaan minyak dan gas (migas) di AS pun khawatir kondisi tersebut kembali menekan produksi, yang sudah dipangkas. "Pengusaha menunda pengembalian karyawan mereka ke kantor dan itu akan berdampak pada kembalinya permintaan bensin," kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow.

 (Baca: Permintaan BBM Mulai Meningkat, Harga Minyak Naik ke Level US$ 41,44)

Reporter: Verda Nano Setiawan
News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait