Pemerintah dan Angkasa Pura Tawarkan Tiga Proyek Bandara Kualanamu
Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menggaet PT Angkasa Pura II (Persero) dan PT Angkasa Pura Aviasi menawarkan tiga proyek investasi di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pengembangan ini diklaim bakal menguntungkan.
Ketiga proyek itu di antaranya Airport City, E–Commerce Center Warehouse, dan Integrated Commercial Area- Factory Outlet and MICE. Airport City terdiri dari hotel, convention hall, lapangan golf and driving range, theme park, retail, dan rumah sakit seluas 135 hektare.
Sedangkan luas E–Commerce Center Warehouse dan Integrated Commercial Area- Factory Outlet and MICE masing-masing 2 hektare dan 20 hektare.
“Kami sangat mengapresiasi semangat Angkasa Pura Aviasi dalam menyosialisasikan peluang investasi yang dimiliki di tengah pandemi Covid-19 ini. Pelayanan infrastruktur bandara yang dapat meningkatkan iklim investasi sangat dibutuhkan, terutama saat kondisi bisnis yang turun,” kata Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Nurul Ichwan dalam siaran pers, Kamis (16/9).
Ia mengatakan, pengelolaan infrastruktur transportasi udara dituntut untuk mampu berinovasi dalam pengembangan bisnis agar dapat terus memberikan pelayanan yang baik.
Menurut dia, ketiga proyek yang ditawarkan tersebut dapat mendukung pengelolaan bandara. Kemudian dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumatra Utara maupun Indonesia.
Selain itu, ia berharap bahwa pengelolaan tidak hanya meningkatkan pelayanan, tetapi juga mewujudkan konsep bandara masa depan sebagai infrastruktur multimoda dan multifungsi yang dapat mendorong pengembangan kawasan di sekitar.
Direktur Angkasa Pura Aviasi Haris menambahkan, proses penawaran ketiga proyek baru pada tahap mencari mitra strategis dalam mengelola dan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu.
Mitra strategis nantinya menjadi pemegang saham maksimal 49% di Angkasa Pura Aviasi. Angkasa Pura II tetap menjadi pemegang saham mayoritas yakni 51%.
Haris meyakinkan bahwa model pengembangan bandara itu akan menguntungkan dan mengakselerasi peningkatan bisnis bandar udara di Indonesia. Keuntungan dari strategic partnership ini yaitu masuknya investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia.
FDI itu terdiri dari Capex Commitment dan Upfront Payment, serta pengembangan aset di Kualanamu. Ini guna mewujudkan Expansion The Traffic, Expertise Sharing, dan Equity Partnership (3E), yang bertujuan menjadikan Bandara Kualanamu sebagai International Airport Hub di barat Indonesia.
“Seluruh industri penerbangan tentunya sangat terkena dampak pandemi Covid-19. Namun tidak menyurutkan kami selaku anak usaha berpelat merah yang diberi mandat mencari mitra strategis dalam mengembangkan lahan Bandara Internasional Kualanamu menjadi lahan komersial terpadu,” kata Haris.
Ke depan, kapasitas terminal penumpang Bandara Internasional Kualanamu akan ditingkatkan menjadi 40 juta penumpang per tahun. Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM level 3 sekarang, bandara ini melayani sekitar 2 ribu - 3 ribu penumpang per hari.
Saat masa normal, jumlahnya bisa mencapai 9 juta - 11 juta penumpang per tahun. Bandara Kualanamu menyandang status Bintang 4 dari Skytrax.
Haris juga mencatat, pertumbuhan angkutan kargo cukup besar. Berdasarkan data angkutan kargo di Bandara Internasional Kualanamu dalam tiga tahun terakhir, rata-rata 50 ribu ton setahun.