Bagaimana Potensi Erupsi Susulan di Gunung Semeru?
Erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12) mengakibatkan 13 orang meninggal dunia dan 41 lainnya luka-luka. Ahli mitigasi bencana mengungkapkan potensi erupsi susulan.
Ahli Mitigasi Bencana UPN Veteran Yogyakarta Eko Teguh Paripurno menyampaikan, potensi erupsi susulan Gunung Semeru tergantung pada dua hal. Pertama, volume abu vulkanik yang masih ada di bagian atas gunung.
“Kalau pun ada, tidak sebesar erupsi yang sekarang,” kata Eko dalam wawancara dengan KompasTV, Minggu (5/12).
Faktor kedua yakni hujan. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai, curah hujan tinggi menyebabkan guguran awan panas.
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono pun menilai, erupsi Gunung Semeru kemarin bukan berupa letusan. Menurutnya, ini karena volume gundukan kubah lava dan curah hujan.
“Pasti, Badan Geologi akan melihat apakah masih ada (material yang menumpuk di sekitar kawah). Kalau sudah tidak ada tumpukan lagi, ya selesai,” kata Surono dalam wawancara dengan KompasTV.
Menurutnya, erupsi Gunung Semeru cukup besar kemarin. “Kalau sebesar ini, biasanya ya sudah selesai,” ujar dia.
Namun ia memperkirakan lahar hujan berkepanjangan seiring memasuki musim hujan. Oleh karena itu, menurutnya masyarakat dan pemerintah setempat harus memperhatikan curah hujan.
“Air hujan ini yang membuat terbentuknya lahar dari material awan panas guguran,” ujarnya. “Air hujan yang bercampur dengan endapan awan panas itu bergerak mengikuti lereng. Lereng itu ya kemiringan sungai.”
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat yang tinggal di sekitar sungai untuk berhati-hati.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan, awalnya Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur melaporkan getaran banjir lahar atau guguran awan panas pada Sabtu (4/12), Pukul 14.47 WIB.
Pada 15.10 WIB, PPGA melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang. “Beberapa titik lokasi juga mengalami kegelapan akibat abu vulkanik,” demikian isi keterangan tertulis, Sabtu (4/12).
Catatan PVMBG, guguran lava pijar teramati meluncur kurang lebih 500 - 800 meter dengan pusat guguran kurang lebih 500 meter di bawah kawah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Lumajang meminta masyarakat dan penambang tak beraktivitas di sepanjang alirang Sungai Mujur dan Curah Kobokan.
Tim BPBD juga menuju lokasi di sektor Candipuro dan Pronojiwo untuk melakukan evakuasi. “Tim BPBD juga tengah berupaya mendirikan titik pengungsian di Lapangan Kamarkajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang,” tulis BNPB.