Ramalan Harga Minyak Tembus US$ 300 karena Perang Rusia – Ukraina
Harga minyak dunia diperkirakan melonjak menjadi US$ 300 per barel imbas perang Rusia dan Ukraina. Ini lantaran Moskow mengancam akan menghentikan aliran gas melalui pipa ke Jerman.
Harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak 2008 pada Senin (7/3). Ini terjadi setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan bahwa Washington dan sekutu Eropa mempertimbangkan untuk melarang impor minyak Rusia.
"Sangat jelas bahwa penolakan terhadap minyak Rusia akan menyebabkan konsekuensi bencana bagi pasar global," kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak dalam pernyataan di televisi pemerintah, dikutip dari CNN Internasional, Selasa (8/3).
"Lonjakan harga tidak dapat diprediksi. Itu akan menjadi US$ 300 per barel jika tidak lebih,” tambah dia.
Berdasarkan data Bloomberg per Selasa sore (8/3), harga minyak mentah Brent melonjak 3,33% menjadi US$ 127,3 per barel. Harga West Texas Intermediate (WTI), minyak mentah acuan Amerika naik 3,77% menjadi US$ 123,1 per barel.
Harga WTI pernah mencapai US$ 130 per barel pada Minggu (6/3). Sedangkan harga minyak mentah Brent melonjak menjadi hampir US$ 140 per barel atau naik dua kali lipat dibandingkan 1 Desember.
Novak mengatakan, Eropa akan membutuhkan lebih dari satu tahun untuk mengganti volume minyak yang diterima dari Rusia. Mereka juga harus membayar harga yang jauh lebih tinggi.
"Politisi Eropa perlu secara jujur memperingatkan warga dan konsumen mereka tentang apa yang diperkirakan," kata Novak.
"Jika Anda ingin menolak pasokan energi dari Rusia, silakan. Kami siap untuk itu. Kami tahu ke mana bisa mengarahkan volume,” tambah dia.
Novak mengatakan Rusia, yang memasok 40% gas Eropa, memenuhi kewajiban secara penuh. Namun ia merasa negaranya sepenuhnya berhak membalas Uni Eropa setelah Jerman membekukan sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 bulan lalu.
"Sehubungan dengan pengenaan larangan Nord Stream 2, kami memiliki hak untuk mengambil keputusan yang cocok dan memberlakukan embargo pada pemompaan gas melalui pipa gas Nord Stream 1," kata Novak.
"Sejauh ini kami tidak mengambil keputusan seperti itu," tambah dia. "Tetapi politisi Eropa dengan pernyataan dan tuduhan mereka terhadap Rusia mendorong kami ke arah itu."