Manufaktur Cina Meroket, Amerika Disebut Cari Sekutu untuk Beri Sanksi

Amerika Serikat (AS) dikabarkan sedang mencari sekutu dekat untuk menjatuhkan sanksi baru kepada Cina. Kabar ini berhembus ketika data manufaktur Tiongkok meroket.
Namun, “sanksi itu akan diberikan jika Cina memberikan dukungan militer kepada Rusia untuk berperang di Ukraina,” kata empat pejabat AS dan sumber lainnya dikutip dari Reuters, Kamis (2/3).
Usulan tersebut masih tahap awal. Amerika Serikat masih mencari dukungan dari berbagai negara, terutama negara kaya di Kelompok 7 (G7).
Belum ada usulan spesifik mengenai sanksi untuk Cina. Namun salah satu sumber mengatakan pemerintah ingin pertama-tama mengangkat gagasan sanksi terkoordinasi dan ‘take pulse’ jika Cina terdeteksi mengirim bantuan ke Rusia dari Cina.
"(Setelah diskusi dengan) G7, saya pikir ada kesadaran nyata," kata sumber lainnya.
Sanksi yang pernah dilakukan Amerika yakni membatasi ekspor perusahaan di Cina, sehingga menghalangi mereka untuk membeli produk seperti semikonduktor.
Namun Amerika menghadapi sejumlah tantangan dalam menjatuhkan sanksi terhadap Cina, salah satunya integrasi menyeluruh di ekonomi utama Eropa dan Asia. Ini memperumit pembicaraan.
Sekutu AS dari Jerman hingga Korea Selatan enggan mengasingkan Cina.
Amerika dan sekutunya pun beberapa pekan terakhir menyampaikan bahwa Cina bersiap menyediakan senjata ke Rusia. Hal ini dibantah oleh Beijing.
Asisten Presiden AS Joe Biden belum memberikan bukti secara terbuka. Namun Amerika telah memperingatkan Cina secara langsung untuk tidak mendukung Rusia, baik dalam pertemuan antara Biden dan Presiden Cina Xi Jinping maupun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan diplomat Tiongkok Wang Yi.
Seorang pejabat dari negara yang diajak diskusi oleh Amerika mengatakan, mereka hanya melihat sedikit kemungkinan bahwa Cina akan memberikan bantuan militer ke Rusia.
Pekan lalu, Cina mengeluarkan makalah 12 poin yang menyerukan gencatan senjata komprehensif yang ditanggapi dengan skeptis di Barat.
Kabar Amerika akan memberikan sanksi ke Cina muncul ketika data manufaktur Tiongkok menunjukkan peningkatan. Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur naik dari 50,1 pada Januari menjadi 52,6 bulan lalu.
Data PMI manufaktur Cina itu merupakan yang tertinggi sejak April 2012 ketika mencapai 53,5.
PMI non-manufaktur juga tumbuh, yakni dari 54,4 menjadi 56,3. Data ini menunjukkan peningkatan tajam yang didukung oleh pemulihan aktivitas jasa dan konstruksi.
Beijing menyampaikan, data-data tersebut menunjukkan perbaikan berkelanjutan dalam hal iklim untuk produksi dan bisnis. “Total volume aktivitas juga meningkat secara signifikan,” kata pemerintah Cina dikutip dari CNBC Internasional, Rabu malam (1/3).
Sejumlah ekonom menyatakan hal serupa. “Ini mencerminkan momentum solid pemulihan pasca-pembukaan kembali (terkait Covid-19),” kata ekonom Citi dalam catatan.