Banyak UMKM Butuh Kredit Akibat Corona, Fintech Minta Revisi Aturan

Fahmi Ahmad Burhan
19 Maret 2020, 19:35
UMKM Ramai Ajukan Kredit Efek Corona, Asosiasi Fintech Minta Relaksasi aturan
/home/ubuntu/Pictures/antarafoto/cropping/production/original/ANT20190927078.jpg
Ilustrasi, pekerja menyelesaikan proses pembuatan oncom di Cikokol, Kota Tangerang, Banten, Jumat (27/9/2019).

Pandemi corona yang terjadi di Indonesia berdampak terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mencatat, pengajuan pinjaman oleh UMKM meningkat. Karena itu, mereka meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merelaksasi aturan.

Aturan yang dimaksud Peraturan OJK (POJK) Nomor 77 Tahun 2016 tentang pinjaman uang berbasis teknologi finansial. Dalam aturan ini, perusahaan teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) hanya boleh menyalurkan kredit maksimal Rp 2 miliar.

"Misalnya, dari limit sebelumnya Rp 2 miliar menjadi Rp 3 miliar atau Rp 4 miliar," ujar Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan AFPI Tumbur Pardede kepada Katadata.co.id, Kamis (19/3).

Selain plafon pinjaman yang ditingkatkan, AFPI ingin tenor pembiayaan diperpanjang. Permintaan relaksasi itu akan diajukan ke OJK pekan ini.

(Baca: Rupiah Anjlok, Kadin Desak Pemerintah Rilis Kebijakan Penguat Ekonomi)

Relaksasi dibutuhkan, karena permintaan pinjaman dari UMKM meningkat. "Kebutuhan peminjam meningkat. UMKM butuh dana darurat. Mereka menjalankan praktik work from home, produktivitasnya menurun. Mereka harus bertahan tiga bulan ke depan," katanya.

Hanya, Tumbur tidak memerinci besaran kenaikannya maupun sektor UMKM yang mengajukan pinjaman. Ia menjelaskan bahwa peningkatan terjadi di sektor produktif. Sedangkan pinjaman bersifat konsumtif seperti untuk membeli ponsel dan lainnya, cenderung menurun.

Ia memastikan bahwa fintech lending tetap memerhatikan unsur kehati-hatian dalam menyalurkan pinjaman. "Kami tetap lihat kemampuan finansialnya. Kalau diberikan keringanan itu mereka bisa bertahan. Kami lihat track record-nya yang memang bagus," ujar dia.

Dari sisi pemberi pinjaman (lender), sepengetahuannya belum ada laporan pengurangan investasi. "Lender belum signifikan mengerem pinjamannya. Bahkan adanya kebutuhan peningkatan borrower disanggupi oleh lender," kata Tumbur. 

(Baca: Antisipasi Lockdown, Mendag Tambah Stok Pangan hingga Lima Kali Lipat)

Salah satu fintech lending yang mencatatkan pertumbuhan permintaan pinjaman dari UMKM yakni Akseleran. Chief Credit Officer & Co-Founder Akseleran Christopher Gultom mengatakan, rerata ada 250 UMKM yang mengajukan pinjaman per hari pada pertengahan bulan ini. Jumlahnya tumbuh 116% dibandingkan Februari.

Akseleran berfokus penyaluran pinjaman usaha yang sifatnya produktif, berbasis invoice financing dan pre-invoice financing. "Sejauh ini belum ada dampak signifikan dari virus corona terhadap Akseleran, karena sebagian besar peminjam berasal dari sektor konstruksi, minyak dan gas (migas),” ujar Christopher dalam siaran pers. 

Hal serupa dialami Amartha. Pendiri sekaligus CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra mengatakan, rata-rata nilai pinjaman yang diajukan meningkat setiap pekan.

"Kami melihat tingginya semangat Mitra Amartha untuk menjalankan usaha dan meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka dalam situasi saat ini," kata Taufan dalam siaran pers.

CEO Kredivo Indonesia Alie Tan mengatakan, pandemi corona menjadi peluang bagi perusahaan meningkatkan penyaluran pinjaman. "Teknologi keuangan dapat berperan penting membantu masyarakat saat situasi sulit ini," kata dia dalam siaran pers.

(Baca: Jokowi Minta Belanja Bahan Pokok Tak Dibatasi karena Stoknya Cukup)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...