Diincar Startup India dan Lokal, RedDoorz Kaji Potensi Pasar Indekos
Startup asal India hingga lokal mulai merambah layanan indekos, karena pasarnya dinilai potensial. Perusahaan rintisan asal Singapura, RedDoorz pun tak mau ketinggalan dan mulai mengkaji peluang bisnis indekos.
President Director RedDoorz Indonesia Mohit Gandas mengatakan, perusahaannya tertarik untuk merambah layanan indekos di Indonesia. "Kami melihat pasarnya potensial di layanan ini. Saat ini, kami menguji coba kategori ini. Kami bakal memberi tahu hasilnya," kata dia di Jakarta, kemarin (22/10)
Hal senada disampaikan oleh Country Marketing Director RedDoorz Indonesia Sandy Maulana. Ia mengatakan, perusahaan masih mencari bisnis model yang pas terkait indekos dan mitra properti yang tepat. RedDoorz juga memelajari berbagai aspek untuk operasional layanan tersebut.
"Kami melihat, dari segi potensi (layanan) ini pasarnya besar. Contohnya di Jakarta sudah banyak yang berminat," kata Sandy. Hanya, ia enggan merinci kapan target layanan tersebut diluncurkan. Ia hanya menyampaikan bahwa uji coba dilakukan di Jakarta dan Bandung sejak Agustus lalu.
(Baca: Pasarnya Potensial, Startup India hingga Lokal Rambah Indekos)
Saat ini, perusahan telah memiliki 1.200 properti di 100 kota Indonesia. Akhir tahun ini, jumlahnya ditarget mencapai 1.500 properti di 110 kota. Perusahaan mencatat, lima kota dengan jumlah properti terbanyak yakni Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Bali, dan Malang.
Secara keseluruhan RedDoorz menargetkan 5 ribu properti di lima negara pada akhir 2020. Kelima negara itu di antaranya di Indonesia, Singapura, Filipina, Vietnam, serta Thailand.
Startup lokal yang lebih dulu masuk ke layanan indekos adalah RoomMe. Perusahaan ini menawarkan beberapa layanan audit terhadap kondisi properti, layanan dan pekerja yang dibutuhkan, perawatan inventaris hingga laporan keuangan per bulan kepada pemilik indekos. RoomMe mengklaim telah mengelola ribuan kamar di ratusan bangunan di Indonesia.
(Baca: Dapat Investasi, Startup Pencarian Indekos RoomMe Ingin Perluas Pasar)
Perusahaan rintisan asal India, OYO pun merambah layanan indekos dengan meluncurkan OYO Life. Country Head Emerging Businesses OYO Hotels & Homes Indonesia Eko Bramantyo mengatakan, peluncuran ini merupakan bagian dari investasi OYO di Indonesia, senilai US$ 300 juta.
“Di Indonesia, kami mendapat banyak permintaan dari asset partners untuk membawa solusi hospitality full stack kami ke pasar kos-kosan,” kata dia, beberapa waktu lalu (9/10).
Saat ini, OYO Life hadir di delapan kota dan menyediakan 2.500 kamar. Eko mengatakan, perusahaannya menargetkan OYO Life bisa hadir di 10 kota dan menyediakan 10 ribu kamar hingga akhir tahun ini.
Di Asia, pemanfaatan co-living space atau indekos menjadi bagian dari gaya hidup milenial. Studi menunjukkan, 70 juta orang di Asia memilih untuk tinggal di indekos. Sepertiga di antaranya merupakan responden di Indonesia.
Survei Indonesian Property Watch 2018 juga menunjukkan, hampir separuh dari milenial di Jakarta memilih tinggal di indekos. Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto sepakat bahwa bisnis indekos sangat potensial. Sebab, belum banyak perusahaan yang menyediakan hunian di lokasi strategis dengan harga terjangkau.
(Baca: Galang Investasi, RedDoorz Target Jadi Unicorn Tahun Depan)