Kasus WeWork, Sinyal Berakhirnya Startup Rugi yang Gencar "Bakar Uang"
Startup asal Amerika Serikat (AS), WeWork batal melantai di bursa saham (initial public offering/IPO). Analis menilai, kondisi yang terjadi pada WeWork bisa menjadi sinyal berakhirnya era perusahaan rintisan rugi yang gencar ‘bakar uang’.
“Kami cukup yakin ada sekitar US$ 10 miliar hingga US$ 11 miliar telah mereka (SoftBank) investasikan (di WeWork),” kata Analis Riset Ekuitas Teknologi di Jefferies, Atul Goyal dikutip dari Fortune, Jumat (11/10).
Sedangkan valuasi WeWork disebut-sebut turun dari US$ 47 miliar menjadi US$ 10 miliar saat ini. Goyal memperkirakan, SoftBank bakal rugi jika valuasi WeWork turun hingga ke level US$ 10 miliar.
Ahli Strategi Ekuitas di Morgan Stanley Michael Wilson mengatakan, kegagalan WeWork bisa menjadi sinyal berakhirnya ‘hari-hari modal tanpa batas untuk bisnis yang belum untung’.
Hal itu ia sampaikan dalam nota tertanggal 29 September 2019 yang diberikan kepada kliennya. Ia pun mengingatkan beberapa kasus yang menimpa korporasi lain dalam 20 tahun terakhir.
(Baca: Riset Google: Investasi ke Startup RI Rp 23,8 T, Terbesar di Regional)
Setidaknya ada tiga kasus yang ia contohkan. Pertama, kegagalan buyout (pembelian terutang) United Airlines pada Oktober 1989. Kedua, peleburan AOL dan Time Warner pada 2000 yang mengindikasikan segera berakhirnya gelembung era bisnis dot-com. Terakhir, pengambilalihan bank investasi Bear Stearns oleh JP Morgan pada 2008.
“Membayar atas valuasi yang luar biasa adalah ide buruk, khususnya untuk bisnis yang tidak pernah menghasilkan arus kas positif,” kata dia dikutip dari Reuters.