Kominfo dan Asosiasi Kaji 1 Miliar SIM Card yang Rentan Dibobol
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi Indonesia (ATSI) berencana mengkaji bagian dari kartu ponsel (SIM Card) yang rentan dibobol peretas (hacker). Bagian itu disebut simjacker.
Perusahaan keamanan, AdaptiveMobile Security baru-baru ini mengungkapkan ada 1 miliar SIM Card di seluruh dunia yang berpotensi dimata-matai oleh peretas. Sebab, ada bagian dari SIM Card yang rentan untuk dibobol.
Menanggapi temuan itu, Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan bahwa instansinya akan bertemu dengan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), operator, dan ahli lainnya untuk membahas hal itu. “Pertemuan akan terbuka (dilakukan) pekan ini,” kata dia di Jakarta, Selasa (17/9).
Wakil Ketua Umum ATSI Merza Fachys pun mengamini rencana pertemuan itu. “Diskusi mengenai apakah SIM Card (yang rentan) itu diproduksi operator atau bukan. Kami akan diskusi dengan semua operator" kata dia.
Merza menjelaskan, anggotanya barumelakukan penyelidikan secara teknis. Sepengetahuannya, kerentanan itu terdeteksi sejak dua tahun lalu. “Tetapi kami belum menemukan kasus yang seheboh ini,” kata Merza.
(Baca: Isu Peretasan Bukalapak dan Pentingnya UU Perlindungan Data Pribadi)
Mengutip dari Phone Arena, peretas bisa membobol ponsel melalui bagian keamanan yang disebut S@T Browser, yang tertanam di dalam SIM Card. Sistem S@T Browser hanya diketahui oleh operator seluler.
Namun, AdaptiveMobile Security menyebutkan ada serangan simjacker bakal terus terjadi selama S@T Browser masih dipakai. “Kami perkirakan, aktor jahat dibalik (serangan) ini akan mencoba untuk mengembangkan serangan ke area lain," kata Chief Technology Officer AdaptiveMobile Security Cathal Mc Daid sdikutip dari Phone Arena, Minggu (15/9).
AdaptiveMobile dalam laporannya mengatakan, peretas memanfaatkan celah keamanan simjacker untuk membobol ponsel. Peretas bisa mengetahui lokasi pengguna, mengambil informasi hingga melakukan penipuan.
Perusahaan itu mengatakan,kerentanan simjacker dapat meluas ke lebih dari 1 miliar pengguna ponsel secara global.
(Baca: Serangan Siber ke Indonesia Capai 12,9 Juta, Paling Banyak dari Rusia)