Pengguna Apple Bisa ‘Ngetweet’ dengan Suara di Twitter Mulai Hari Ini

Perusahaan media sosial asal Amerika Serikat (AS), Twitter menguji coba fitur baru yang memungkinkan pengguna mengunggah konten alias ‘ngetweet’ dengan suara. Dengan begitu, pengguna tidak perlu mengetik.
"Diluncurkan hari ini di iOS. Sekarang Anda dapat merekam dan tweet dengan audio," kata Twitter melalui akun resmi @Twitter, hari ini (18/6).
Kendati begitu, tak semua pengguna iOS bisa menggunakan fitur baru tersebut. Hanya beberapa pengguna yang dapat menguji coba tools anyar ini.
Twitter mengatakan, semua pengguna iOS bisa mencuit dengan suara dalam beberapa pekan ke depan. (Baca: Dianggap Manipulatif, Twitter Tutup 170 Ribu Akun Propaganda Tiongkok)
Penambahan fitur baru itu bertujuan memudahkan pengguna dalam mengunggah konten. Ini untuk melengkapi kebijakan Twitter sebelumnya, yang menambah batasan karakter dari 140 menjadi 280.
"Terkadang 280 karakter saja tidak cukup," kata Staff Product Designer Twitter Maya Patterson dan Senior Software Engineer Rémy Bourgoin dikutip dari The Verge, Rabu (17/6). "Maka, kami menambah sentuhan manusiawi".
Untuk menggunakan fitur tweet dengan suara, Anda bisa mengeklik ikon buat konten baru atau tanda +. Nanti akan muncul layar komposer dengan lambang gelombang suara.
(Baca: Cegah Hoaks, Pengguna Twitter Tak Bisa Retweet Sebelum Baca Konten)
Pengguna hanya perlu mengetuk ikon itu, maka suara akan terekam. Setiap konten dibatasi 140 detik rekaman suara.
Setelah mencapai batas waktu, pengguna bisa mengetuk tombol selesai untuk mengakhiri rekaman. Orang-orang akan melihat cuitan suara di timeline dengan tampilan foto profil pengguna.
Untuk mendengarkannya, pengguna lain hanya perlu mengetuk konten itu. Akan tetapi, pengguna lain tak bisa membalas cuitan dengan suara, melainkan teks seperti biasa.
"Ini tes audio awal bagi kami. Kami masih mencari cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan orang-orang dengan kemampuan berbeda," ujar Juru Bicara Twitter.
(Baca: Facebook hingga Twitter Diminta Lapor soal Hoaks Corona ke Uni Eropa)
Meski begitu, CNN Internasional melaporkan bahwa fitur itu berpeluang disalahgunakan oleh oknum untuk konten pelecehan verbal atau kebencian melalui audio. Konten suara pun dianggap sulit dideteksi daripada teks.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara Twitter mengatakan perusahaan sedang berupaya menggabungkan sistem pemantauan tambahan sebelum fitur anyar ini digunakan secara masif. Twitter juga akan meninjau setiap cuitan suara yang dilaporkan sesuai dengan aturannya.