Langkah Kominfo Atasi Hoaks Konspirasi soal Corona

Fahmi Ahmad Burhan
17 Juli 2020, 17:16
Langkah Kominfo Tangkal Hoaks Konspirasi soal Corona
ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/aww.
Ilustrasi, petugas medis melakukan rapid test petugas penyelenggara pemilu di RSUD Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (8/7/2020).

Konten hoaks terkait teori konspirasi corona beredar di media sosial. Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate mengaku sudah meminta perusahaan over the top (OTT) seperti YouTube, Facebook, dan Twitter untuk mengatasi hal ini.

“Saya sudah komunikasi dengan semua platfom. Berulang kali saya hubungi CEO-nya di Amerika untuk membersihkan platfom dari hoaks dan disinformasi Covid-19 dan lainnya,” kata Johnny kepada Katadata.co.id, kemarin (16/7).

Advertisement

Dari hasil koordinasi itu, sebagian hoaks sudah ditangguhkan (takedown). Tetapi, “ini proses yang terus menerus, tak ada berhentinya,” ujar dia.

(Baca: Cara YouTube & Facebook Atasi Maraknya Konten Konspirasi Corona di RI)

Ia memastikan bahwa kementerian bekerja maksimal untuk meminimalkan penyebaran hoaks. Sebab, kabar bohong, termasuk konten konspirasi terkait pandemi corona mempersulit pemerintah memutus rantai penularan.

Berdasarkan data Kominfo, ada 1.852 hoaks terkait virus corona sejak Januari hingga 16 Juli. Sebanyak 1.344 di antaranya tersebar di Facebook, 473 Twitter, 17 Instagram, dan 17 lainnya di YouTube.

Beberapa di antaranya terkait teori konspirasi corona. Pada akhir pekan lalu (11/7) misalnya, kementerian menemukan hoaks bahwa virus corona merupakan buatan dokter dengan Pemerintah Daerah (Pemda). Konten ini beredar di WhatsApp dan Facebook.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Jepara mengatakan, keterangan itu menyesatkan dan bisa membuat warga abai akan protokol kesehatan. (Baca: Riset: Pengguna Facebook & YouTube Percaya Teori Konspirasi Corona)

Lalu, ada hoaks tentang akronim Covid-19 yang terdiri dari serangkaian simbol kuno, yang beredar awal Juli lalu. Konten itu menyebutkan, corona memiliki arti 'see a sheep surrender' atau "melihat domba menyerah". Kata 'ovid' berarti domba, 'c' berarti 'see' dan 19 'number of surrender'.

Informasi itu menyiratkan anggapan bahwa pandemi merupakan konspirasi. Padahal, kata 'domba' dalam bahasa Latin adalah 'ovis', bukan 'ovid'.

Huruf 'C' sendiri tidak merujuk pada kata kerja atau 'see'. Selain itu, tidak ada bukti historis yang menunjukkan signifikansi angka 19.

(Baca: 3.606 Orang Tewas, Gugus Tugas Kecewa Ada yang Sebut Corona Konspirasi)

Oleh karena itu, Kominfo terus berkoordinasi dengan penyedia platform untuk menghilangkan hoaks corona, termasuk yang terkait konspirasi. Kementerian juga menggandeng kepolisian.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement