Ekonomi RI Minus 5,32%, Investor Kian Selektif Berinvestasi di Startup
Ada sekitar 56 startup Indonesia yang mendapatkan pendanaan hingga akhir Juni. Namun, setelah pemerintah mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II minus 5,32% secara tahunan (year on year/yoy), investor semakin selektif dalam berinvestasi.
Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan, nilai pendanaan selama enam bulan terakhir kemungkinan telah disepakati tiga sampai enam bulan sebelumnya. Dampak dari pandemi Covid-19 terhadap investasi ke startup, akan lebih terlihat pada kuartal III dan IV.
“Terutama pada kuartal IV, yang pada kondisi normal pun selalu lebih rendah karena libur panjang,” kata Wilson kepada Katadata.co.id, Kamis (6/8).
Berdasarkan data dari perusahaan di portofolio East Ventures, titik terburuk terjadi pada April. Namun, ada sedikit perbaikan pada Mei atau setelah lebaran.
Aktivitas ekonomi juga mulai meningkat saat memasuki masa Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB transisi. “Namun, yang harus dicemaskan yakni gelombang kedua. Apakah akan ada PSBB kedua? Tidak ada yang bisa memprediksi,” ujar dia.
Ketidakpastian itu akan berpengaruh terhadap pendanaan. “Kebanyakan investor akan mengambil sikap menunggu dan melihat (wait and see),” kata Willson.
Ia juga memperkirakan, krisis akibat pandemi ini akan berlangsung lama. “Ini berbeda dengan krisis 1998 atau 2008. Bukan hanya krisis ekonomi, melainkan krisis kemanusiaan,” ujarnya.
Sedangkan CEO BRI Ventures Nicko Widjaja mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus bisa berdampak terhadap perkembangan bisnis. Sebab, ketidakpastian makro ekonomi meningkat di tengah krisis akibat pandemi corona.
Oleh karena itu, investor akan lebih aktif berkomunikasi dengan para pendiri perusahaan rintisan. "Namun, yang pasti, investor akan sangat berhati-hati dalam mengevaluasi (bisnis) startup," ujar Nicko.
Data pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut bisa dilihat pada Databoks di bawah ini:
Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro pun memperkirakan, investasi ke startup Indonesia akan menurun. Utamanya dari luar negeri, karena investor kesulitan menggelar uji tuntas atau due diligence saat pandemi.
"Namun, investor di Indonesia bisa saja melihat kondisi ini peluang untuk berinvestasi ke startup, yang mungkin valuasinya turun atau tidak setinggi sebelumnya," ujar pria yang juga menjabat sebagai CEO Mandiri Capital Indonesia itu.
Ketua Amvesindo Jefri Sirait juga mengatakan, investor akan lebih teliti dalam berinvestasi di tengah pagebluk virus corona ini. “Optimisme ada, tapi harus dengan kecerdasan," katanya.
Salah satu startup yang dicari yakni yang terus berinovasi. "Saat pandemi, waktu bertahan itu ditentukan seberapa cepat dia mengubah diri. Oleh karena itu, dituntut inovasi," ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2014–2019 Rudiantara. Ia mengungkapkan bahwa permintaan investor masih dalam kondisi yang baik.
"Mereka (investor) mencari terus aset yang tingkat keuntungannya bagus. Tapi memang tidak semudah sebelum pandemi Covid-19, pasti lebih selektif," kata Rudiantara saat mengikuti webinar Bicara Data Virtual Series: 'New Normal, New Way' yang digelar Katadata, pada pertengahan Mei lalu (16/5).
Kendati begitu, beberapa investor global sempat memperkirakan investasi ke startup di Asia akan menurun. Proyeksi ini merujuk pada saat Virus Server Acute Respiratory Syndrome (SARS) mewabah di Guangdong, Tiongkok pada November 2002 dan Zika di Brasil pada 2005.
Saat itu, pendanaan ke perusahaan swasta (private market funding), termasuk startup menurun. Datanya bisa dilihat pada Databoks di bawah ini:
Namun, sebanyak 56 startup Indonesia masih mendapatkan pendanaan selama semester I tahun ini. Belum lagi, Traveloka juga baru saja mendapatkan dana segar.
Berikut daftar 56 perusahaan rintisan yang mendapatkan pendanaan hingga akhir Juni:
Sektor | Startup | Jenis pendanaan |
e-commerce | 1. GudangAda | Seri A |
2. Ula | Seed funding | |
3. Jendela 360 | n/a | |
4. Dekoruma | Pra-seri C | |
5. Moladin | Pra-seri A | |
6. Chilibeli | Seri A | |
7. Fabelio | Seri C | |
Fintech | 1. PayFazz | Seri B |
2. Investree | Seri C | |
3. Pintek | Seed Funding | |
4. KoinWorks | n/a | |
5. Modalku | Seri C | |
6. UangTeman | Seri B | |
7. Digiasia Bios | Seri B | |
8. Zulu | Seed Funding | |
9. Walex Technologies | Seri A | |
Kuliner | 1. Kopi Kenangan | Seri B |
2. Greenly | Seed Funding | |
On-demand | Gojek | Seri F (Maret dan Juni) |
VoD | GoPlay | n/a |
Kecantikan | Sociolla | Seri E |
Logistik/rantai pasok | 1. Klikdaily | Seri A |
2. RaRa | Seed Funding | |
3. Waresix | Seri B | |
4. Shipper | Seri A | |
5. Kargo | Seri A | |
Asuransi | 1. PasarPolis | n/a |
2. Qoala | Seri A | |
Big Data | 1. Delman | Seed Funding |
2. Bonza | Seed Funding | |
Pendidikan | 1. Eduka System | n/a |
2. Zenius | Seri A | |
3. Pahamify | Seed Funding | |
4. Arkademi | Seed Funding | |
5. Gredu | Pra-seri A | |
6. InfraDigital | Seri A | |
7. ProSpark | Pra-seed | |
Pembukuan | BukuWarung | Seed Funding |
Agritech | TaniHub | Seri A |
Percetakan | Printerous | Seri A |
Pencarian kerja | Job2Go | n/a |
Lingkungan | Waste4change | n/a |
Hukum | Hukum Online | Seri A |
Sekolah pemrograman bootcamp | Hacktiv8 | Pra-seri A |
Platform penyiaran | Svara | Seri A |
Riset | Nusantics | Seed Funding |
Platform agregator diskon | Giladiskon | Seed Funding |
Platform pelabelan data | Datasaur | Seed Funding |
Rumah produksi film | Visinema | Seri A |
Chatbot | Vutura | Seed Funding |
Aplikasi rating film | Cinepoint | Seed Funding |
Akomodasi | Bobobox | Seri A |
Crypto | Tokocrypto | Seed Funding |
SaaS | 1. Bahasa.ai | Pra-seri A |
2. BukuKas | Seed Funding | |
3. Webtrace | Seed Funding |