Siasat GudangAda Gali Potensi Bisnis dari Tingginya Permintaan Sembako
Permintaan bahan pokok atau sembako meningkat selama pandemi corona. Startup e-commerce dengan model Business to Business (B2B) GudangAda melihat ini sebagai peluang bisnis.
GudangAda menyediakan solusi bisnis bagi para penjual produk kebutuhan sehari-hari atau Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Apalagi, perusahaan mencatat, 90% FMCG dijual di pasar tradisional yang mayoritas belum tersentuh teknologi.
“Ada gap,” kata Founder GudangAda Stevensang saat konferensi pers secara virtual, kemarin (12/8).
Ia melihat ada beberapa kendala dalam penjualan FMCG. Salah satunya, biaya logistik yang mahal dan lama.
Untuk itu, GudangAda menyediakan platform yang membantu para pedagang mendapatkan maupun menjual bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari lainnya. “Para penjual yang bergabung dapat menjadi penjual dan pembeli,” katanya.
Dengan begitu, pedagang skala besar dapat menjual FMCG kepada penjual yang lebih kecil. Pengguna juga bisa menggunakan opsi GudangAda Logistik untuk mengirimkan barang.
Saat ini, lebih dari 150 ribu pedagang grosir dan eceran di Indonesia yang bergabung di platform GudangAda.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus menambahkan, permintaan FMCG meningkat selama pandemi Covid-19. “Peluang pasar di FMCG terbuka baik sebelum dan sesudah pandemi virus corona,” ujarnya.
Tingginya permintaan bahan pokok tecermin pada Databoks di bawah ini:
Akan tetapi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor perdagangan termasuk FMCG terkontraksi 7,57% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal II. Heri menilai, digitalisasi dapat mendongkrak industri ini.
"Solusinya bagaimana supaya produsen dan konsumen tersentuh digitalisasi itu," ujarnya.