Startup TopKarir Punya ‘Alat’ untuk Kurangi Pengangguran di Indonesia

Desy Setyowati
27 Agustus 2020, 15:56
Startup TopKarir Punya ‘Alat’ untuk Kurangi Pengangguran di Indonesia
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Ilustrasi, pencari kerja melihat persyaratan yang tercantum dalam lowongan kerja di sebuah stand perusahaan dalam Bursa Kerja di Aula Skodam, Malang, Jawa Timur, Selasa (14/1/2020).

Startup penyedia situs lowongan kerja dan penyuplai tenaga kerja, TopKarir mengaplikasikan maha data atau big data untuk menganalisis ketersediaan pekerja dan kebutuhan industri. Teknologi ini berpotensi mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

Perusahaan mengandalkan informasi dari klien yang tersebar di Tanah Air dan data umum seperti kementerian dan lembaga (K/L) maupun pemerintah daerah (pemda). Saat ini, TopKarir memiliki hampir 60 ribu mitra, yang 20% di antaranya merupakan perusahaan besar. Sedangkan sisanya merupakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Advertisement

Selain itu, perusahaan bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM, Bappenas, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Data-data dari klien dan kementerian itu kemudian dianalisis menggunakan big data.

Hasilnya, perusahaan dapat mengetahui persentase calon pekerja per jenis keahlian, keterampilan, dan jurusan di masing-masing daerah. Selain itu, TopKarir memiliki informasi terkait jenis pekerjaan apa yang dibutuhkan oleh industri di tiap wilayah.

Perusahaan rintisan tersebut juga dapat mengetahui, jenis pekerjaan yang banyak dicari pada periode tertentu. “Big data-nya spesifik,” kata Co-Founder sekaligus CEO TopKarir Bayu Janitra Wirjoatmodjo saat konferensi pers virtual, Kamis (27/8).

Hanya, ia mengakui bahwa data-data yang dianalisis oleh TopKarir belum mewakili keseluruhan Indonesia. Sebab, pencarian kerja di sebagian besar wilayah dilakukan secara konvensional.

“Hambatannya belum semua pemerintah provinsi (pemprov) melakuan ini (mencatat data terkait pekerja),” kata dia. “Jadi, (big data-nya) belum mencakup seluruh Indonesia.”

Saat ini, TopKarir baru bekerja sama dengan pemprov Jawa Timur untuk mengembangkan dasbor digital terkait minat bakat. Startup ini menyediakan beberapa kategori tes untuk melihat kesesuaian karakter dengan profesi kerja.

Bayu berharap, pemerintah pusat dan daerah mau mengizinkan perusahaan untuk mengumpulkan data terkait ketenagakerjaan.

Apalagi, berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2015 yang diolah oleh lembaga Demografis Universitas Indonesia, kesesuaian tingkatan pendidikan di Indonesia memiliki ketidakcocokan (mismatch) 53,33%. Kajian ini dari skala vertical.

Pskala horizontal, kesesuaian kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan, memiliki ketidakcocokan 60,52%. Data-data ini berdasarkan survei terhadap 12.396.429 responden yang bekerja usia 18-64 tahun, dengan pendidikan Diploma I ke atas.

Jika TopKarir memiliki data mengenai tenaga kerja dari banyak wilayah di Indonesia, insight yang diperoleh tentu akan lebih menggambarkan kondisi yang sebenarnya secara keseluruhan. Data-data ini kemudian dapat ditawarkan kepada kliennya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement