Startup Digitalisasi Toko Diburu Jutaan UMKM saat Pandemi Corona

Desy Setyowati
16 September 2020, 19:03
Startup Digitalisasi Toko Diburu Jutaan UMKM saat Pandemi Corona
Stanisic Vladimir/123rf
Ilustrasi toko online. Lebih dari satu juta UMKM beralih ke digital saat pandemi corona.

Lebih dari satu juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bergabung ke ekosistem digital selama pandemi corona. Startup digitalisasi toko atau warung pun kebanjiran mitra baru. Bahkan, decacorn Gojek mulai merambah bisnis ini.

Gojek meluncurkan platform digitalisasi warung, GoToko pekan lalu. Perusahaan menyediakan layanan dari hulu ke hilir (end to end) seperti pembuatan toko online, pemesanan barang dagangan dari produsen hingga pengiriman barang.

Advertisement

Startup bervaluasi jumbo itu pun memiliki layanan lain yang berfokus menyasar UMKM seperti GoBiz atau platform pengelola usaha dan bisnis pesan-antar makanan, GoFood. Mitra GoFood mencapai lebih dari 500 ribu.

Sedangkan mitra GoBiz meningkat 265 ribu selama Maret-Agustus, sehingga totalnya 600 ribu lebih. “Beberapa bulan terakhir, UMKM merasa harus mengakselerasi bisnisnya,” kata Head of Merchant Platform Gojek Novi Tandjung saat konferensi pers virtual, kemarin (15/9).

Decacorn Tanah Air itu pun meluncurkan fitur daftar mandiri kemarin. Ini memungkinkan UMKM mendaftarkan bisnisnya tanpa menelepon, mengirim email maupun datang langsung ke kantor.

Gojek juga meluncurkan inisiasi #MelajuBersamaGojek untuk mendorong UMKM mendigitalisasikan operasional bisnis mulai dari pemasaran, pemesanan, pembayaran, pengiriman hingga administrasi. "Kami menghadirkan beragam solusi yang dapat digunakan oleh semua tipe UMKM, dari skala mikro hingga besar," ujar Co-CEO Gojek Andre Soelistyo, bulan lalu (10/8).

Sedangkan Grab mendigitalisasikan lebih dari 185 ribu UMKM dan 32 ribu pedagang tradisional selama pandemi Covid-19. Perusahaan mengakuisisi startup digitalisasi warung, Kudo pada 2017, yang berubah nama menjadi GrabKios pada September 2019.

Sama seperti GoToko, layanan itu menawarkan pemesanan barang dagangan. Namun Grab memperluas layanannya akhir tahun lalu, yang memungkinkan konsumen mengirim barang, menabung emas hingga membeli asuransi kesehatan, jiwa, pendidikan, perlindungan kecelakaan, dan mikro di mitra GrabKios.

Decacorn asal Singapura itu juga memberikan akses pinjaman untuk mitra. Korporasi yang digaet untuk menyediakan pembiayaan yakni Bank Mandiri, Pegadaian, dan yang terbaru, Pertamina.

Grab juga menggaet startup digitalisasi kedai lainnya, Warung Pintar. Co-Founder sekaligus CEO Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro mengatakan, 93% mitranya mengalami penurunan pendapatan hingga 28% pada awal pandemi virus corona. Ini terjadi karena aktivitas masyarakat di luar rumah dibatasi.

Agung optimistis, pendapatan mitranya bisa meningkat hingga 50% bahkan mencapai lebih dari Rp 50 juta per bulan jika bergabung ke GrabMart. Sedangkan jumlah pelanggannya diperkirakan naik 200-800 setiap bulannya.

Saat ini Warung Pintar memiliki 47 ribu mitra. Agung menargetkan sedikitnya 400 warung masuk ke ekosistem GrabMart pada akhir tahun ini.

Ia pun mencatat, jumlah mitra yang bergabung meningkat 35% setiap bulannya. “Kami menargetkan sedikitnya 100 ribu warung bergabung hingga akhir tahun ini,” kata Agung kepada Katadata.co.id, Rabu (16/9).

Order pembuatan toko online di startup TokoTalk pun meningkat dua kali lipat pada bulan ini.” Peningkatan ini dipengaruhi oleh pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta,” kata Head of Business Development TokoTalk Kemas Antonius kepada Katadata.co.id.

Total mitra UMKM TokoTalk saat ini sekitar 320 ribu, yang bergerak di bidang busana, kuliner, dan lainnya. Selain skala kecil, startup ini menggaet korporasi besar.

Perusahaan rintisan itu meluncurkan fitur baru yakni fulfillment untuk manajemen logistik. TokoTalk berencana menggandeng tiga pemain lama yang bergerak di bidang layanan fulfillment dan pergudangan (warehouse).

Dengan skema tersebut, bisnis TokoTalk tumbuh 30% setiap bulannya. Kemas memperkirakan nilai transaksi bruto atau Gross Merchandise Value (GMV) tembus US$ 10 juta atau sekitar Rp 148,5 miliar per bulan hingga akhir tahun ini.

“Kami juga menargetkan dapat mencapai titik impas atau break even point (BEP) dalam waktu dekat,” kata Kemas.

Lalu perusahaan e-commerce Bukalapak juga menggaet dua juta warung dan tiga juta agen saat ini. Jumlahnya meningkat tiga juta lebih sejak awal tahun ini.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement