Empat E-Commerce Berebut Pasar saat Pandemi, Siapa yang Unggul?

Desy Setyowati
18 September 2020, 15:15
E-commerce, pandemi corona, Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Lazada, promosi, bakar uang, Startup,
sentavio/123RF
Ilustrasi. E-commerce bersaing mendapatkan ‘kue’ dari tingginya permintaan layanan selama pandemi.

E-commerce menjadi salah satu sektor yang diuntungkan dari adanya pandemi corona, karena jumlah konsumen digital melonjak. Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan Lazada pun menerapkan strategi khusus untuk mendapatkan ‘kue’ dari tingginya permintaan layanan dan ketatnya persaingan.

Berdasarkan data iPrice, Bukalapak menempati urutan ketiga dari sisi jumlah kunjungan per bulan ke platform sejak kuartal II 2019. Namun laba sebelum bunga, pajak, dan amortisasi (EBITDA) pada kuartal II tahun ini tumbuh 60% dibandingkan 2018.

Advertisement

Jumlah mitra warung dan agen Bukalapak pun melonjak tiga juta lebih sejak awal tahun. Unicorn Tanah Air ini memang berfokus mengembangkan bisnis Mitra Bukalapak dalam lima tahun ke depan.

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menilai, mitra warung dan agen itu menjadi keunikan bisnis Bukalapak. “Punya keunikan hyper-localization warung yang sulit ditiru oleh pemain lainnya,” kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (18/9).

Perusahaan e-commerce lainnya, Blibli.com juga merambah layanan Online to Offline (O2O) lewat Click & Collect. Namun mitra yang digaet yakni peretail menengah ke atas seperti Alfamart. Pengguna bisa memesan produk lewat platform dan mengambil barangnya langsung di toko mitra.

“Bukalapak tentu memiliki kekuatan yang berbeda melalui mitra warung. Membangun kompetitif advantage yang baru,” ujar Nicko.

Presiden Bukalapak Teddy Oetomo sempat menyampaikan, perusahaan tak lagi mengandalkan strategi promosi atau 'bakar uang' untuk mendorong transaksi. Startup ini berfokus pada pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

“Kami cari solusi dan inovasi yang diperlukan masyarakat," kata Teddy saat konferensi pers virtual, akhir pekan lalu (11/9). "Kami mengurangi bakar uang masif, dan pangsa pasar relatif stabil.”

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menambahkan, perusahaan tak lagi ‘ngoyo’ mengejar tingkat kunjungan dalam dua tahun terakhir. “Kami tidak bisa selalu berfokus pada pertumbuhan saja, sementara solusinya tak menghasilkan nilai tambah yang berkelanjutan," ujarnya.

Apalagi Bukalapak berencana mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di bursa efek. "Wajar jika startup ingin IPO. Ini sejalan dengan cita-cita kami untuk tumbuh berkelanjutan," katanya.

Ia optimistis perusahaan bisa mendapatkan akses pasar potensial dengan IPO.

Riset perusahaan sekuritas CLSA menunjukkan, biaya akuisisi konsumen alias customer acquisition costs (CACs) melalui mitra warung US$ 2 per pelanggan. Nilainya hanya 10-20% dibandingkan cara e-commerce pada umumnya.

Berdasarkan riset tersebut, layanan O2O berkontribusi 10% terhadap total pengguna baru di platform e-commerce.

Sedangkan survei MarkPlus terhadap 500 responden selama Juli-September menunjukkan, Shopee, Tokopedia, Lazada berada di urutan teratas e-commerce yang paling sering digunakan. Alasan utamanya karena banyaknya diskon.

Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja mengatakan, memberikan kemudahan untuk para pengguna di tengah pandemi virus corona. “Dengan tanpa henti menghadirkan kampanye-kampanye dengan penawaran yang menarik,” kata dia kepada Katadata.co.id.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda mengatakan, kesamaan konsumen antargenerasi di Indonesia yakni rasional terhadap harga. Mereka akan membandingkan harga dan diskon yang didapat.

Hal-hal yang diperhatikan yakni harga produk, ongkos kirim hingga promosi seperti uang kembali (cashback). “Shopee ini sangat gencar promosi. Diskon ongkos kirim dan cashback menjadi strategi andalan,” kata Nailul kepada Katadata.co.id, kemarin (17/9).

Shopee memang menggelar kampanye promosi setiap bulan sejak Februari lalu. Nama program juga disesuaikan dengan waktu dan barang yang dipromosikan, seperi 2.2 Men Sale, 3.3 Fashion Sale hingga yang terbaru 10.10 Brands Festival.

Dengan banyaknya promosi, jumlah pesanan bruto yang masuk ke platform Shopee tumbuh 150,1% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 615,9 juta pada kuartal II.

Nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) pun meningkat 109,9% yoy menjadi US$ 8 miliar atau Rp 118,8 triliun. Transaksi ini berdasarkan operasional Shopee di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Taiwan, dan Brasil.

Di Tanah Air, pesanannya lebih dari 260 juta selama April-Juni. Transaksi per hari rata-rata 2,8 juta lebih, meningkat 130% yoy.

Meski transaksinya melonjak, EBITDA Shopee yang disesuaikan negatif US$ 305,5 juta. Kerugian ini meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu, yang hanya US$ 248,3 juta.

Namun kerugian EBITDA yang disesuaikan per pesanan turun 50,5% yoy menjadi US$ 0,5.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement